Rabu 19 Oct 2016 15:55 WIB

Trump Hadapi Hillary di Debat Ketiga

Calon presiden AS Hillary Clinton dan Donald Trump.
Foto: Reuters/Lucy Nicholson/File Photo
Calon presiden AS Hillary Clinton dan Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Donald Trump akan menghadapi pertarungan terakhir dalam debat capres ketiga bersama dengan rivalnya, kandidat dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Debat ini akan digelar di Universitas Nevada, Las Vegas pada Rabu (19/10) malam ini.

Trump disebut harus menhadapi persaingan paling sengit untuk membuat banyak pemilih di AS yang bersimpati terhadapnya. Dalam beberapa jajak pendapat, Clinton terlihat lebih unggul untuk memenangkan persaingan dalam pemilu November mendatang.

Belum lagi, miliarder itu menghadapi berbagai tekanan lainnya dengan klaim pelecehan seksual dari sejumlah perempuan, termasuk di antaranya seorang kontestan acara The Apprentice.

Meski demikian, Trump menegaskan tuduhan itu 100 persen hanyalah rekayasa. Sang istri, Melania juga mengatakan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan pelecehan hanya dibuat oleh rival politik suaminya untuk membuat pendukung kelhilangan simpati.

Dalam waktu kurang dari tiga pekan menjelang pemilu berlangsung, Trump juga menekankan dirinya merasa dicurangi. Ia juga yakin sejumlah penipuan dalam skala besar terjadi sebelum dan saat hari pemilihan berlangsung agar membuat Clinton menang.

Namun, Trump mengatakan dalam debat capres ketiga kali ini ia akan menghadirkan orang tua dari salah satu warga AS yang tewas akibat serangan di kedutaan Benghazi, Libya. Sejak debat kedua, Clinton mengadapi kontroversi penggunaan server email pribadinya terkait hal itu.

Baca juga, Trump Kewalahan Hadapi Hillary.

Belum lagi kabar yang beredar dan menyebutkan bahwa Departemen Luar Negeri AS, tempat di mana Clinton pernah memimpin meminta FBI menurunkan klasifikasi terkait masalah email tersebut. Catatan FBI juga mengungkapkan terjadi diskusi 'quid pro quo' untuk mencapai kesepakatan.

Debat capres ketiga secara keseluruhan akan membahas ke mana arah pemerintahan AS menurut masing-masing kandidat  saat terpilih menjadi pemimpin di negara itu. Trump dan Clinton juga mengadapi pertanyaan bagaimana menciptakan kesejahteraan warga di Negeri Paman Sam itu, serta membuat situasi aman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement