REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Budia Misri berharap pemerintah pusat dan daerah semakin memperhatikan atlet difabel. Peraih medali emas di Tenpin Bowling Double Putra ini mengatakan pemerintah provinsi di tempatnya yakni Provinsi Riau mulai memperhatikan atlet-atlet difabel terutama yang tergabung dengan National Paralympic Commitee (NPC).
Namun, menurutnya, masih banyak daerah yang belum memperhatikan atlet-atlet difabelnya. Padahal, katanya, sesuai Undang-undang nomor 3 tahun 2005 Pekan Paralympic Nasional (Peparnas) sudah setara dengan Pekan Olahraga Nasional (PON).
"NPC di daerah umumnya belum mendapatkan perhatian yang mereta dari pemerintah. Harapan, semakin banyak dukungan untuk atlet difabel di daerah," kata atlet yang juga pengurus NPC Riau ini, Rabu (19/10).
Laki-laki yang memulai karier atletnya di usia 42 tahun ini mendapatkan honor selama latihan. Sehingga ia dapat memusatkan konsentrasinya di latihan dan meraih prestasi. Namun, tidak semua atlet di daerah yang mendapatkan honor seperti Budia. Ia berharap semua atlet difabel di daerah mendapatkan hal yang sama.
Laki-laki yang tahun ini berusia 46 tahun berhasil mendapatkan emas perdananya bersama rekan setimnya Irfan (41). Tidak berbeda dengan Budia yang juga pengurus NPC, Irfan juga memiliki dua jabatan. Selain atlet bowling, Irfan juga koordinator cabang olahraga judo.
"Saya atlet pencak silat. Tapi, karena tidak ada pencak silat di Peparnas, jadi saya ikut bowling. Saya juga koordinator cabang olahraga judo di Peparnas tahun ini," kata Irfan.
Budia dan Irfan optimistis akan meraih emas di nomor trio. Walaupun keduanya tidak lagi muda, mereka tetap berusaha memberikan hasil terbaik.
"Bowling kan tidak memfrosir tenaga terlalu banyak, olahraga rekreasi lah,'' kata Budia. ''Tapi, paling konsentrasi harus terjaga.''