REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengaku akan mundur sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat, langkah itu dilakukan sebagai bentuk totalitasnya untuk memenangkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada DKI 2017.
"Saya reses nanti (28 Oktober) akan mengundurkan diri. Karena saya mau fokus, ibarat pepatah aku mandi basah, tidak pernah setengah-setengah," kata Ruhut di Gedung DPR, Selasa (19/10).
Ruhut juga mengatakan keputusan mundurnya itu bukan lantaran akan dikenakan sanksi pemecatan dari Dewan Pengawas Partai Demokrat karena dinilai tidak mematuhi perintah partai mendukung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.
Dia mengklaim hanya Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang berhak memberikan sanksi, karena itu dirinya tidak mempedulikan para petinggi Demokrat yang terus memberikan komentar miring tentang dirinya.
"Aku tidak tahu kalau kena sanksi, biarkan saja, anggap saja angin yang sedang berlalu," ujarnya.
Dia menegaskan, dengan mundur dirinya sebagai anggota DPR justru menegaskan bahwa jabatan bukan segalanya. Menurut dia, dirinya rela jabatannya di partai dan DPR dipereteli demi prinsip yang menurutnya benar.
"Mundur dari DPR, Polhukam (ketua DPP Partai Demokrat bidang politik, hukum dan keamanan), aku udah mundur, apalagi? Jangan samakan aku dengan yang lain," katanya.
Ketua DPP Partai Hanura Dadang Rusdiana mengapresiasi langkah Ruhut tersebut karena keyakinannya bahwa Ahok adalah sosok yang tepat untuk mengelola Jakarta agar lebih baik kedepan. Dia menilai keputusan Ruhut itu merupakan langkah yang luar biasa karena keberaniannya itu menandakan bahwa Ruhut adalah politikus yang berpengalaman.
"Jadi beraninya Ruhut sebagai politisi berpengalaman mundur dari anggota DPR, adalah didorong dua hal yaitu yakin Ahok menang, dan yakin Ahok gubernur yang tepat untuk membawa Jakarta lebih maju," katanya.