REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Pengamat terorisme Harits Abu Ulya menilai, aksi pria berinisial SA (22 tahun), pelaku penusukan aparat kepolisian, perlu diselidiki lebih lanjut. Polisi harus mengusut motif pelaku menusuk Kapolsek Tangerang Kompol Efendi pada Kamis (20/10) pagi sekitar pukul 07.10 WIB tersebut.
Harits meminta agar semua orang tidak serta merta membesar-besarkan masalah dengan mengklaim ada tindakan terorisme di Kota Tangerang. "Perlu digali lebih dalam, dan seobyektif mungkin biar terungkap faktor penyebab dan motif aksi kekerasan yang dilakukan oleh SA," kata Harits kepada Republika.co.id, Kamis (20/10).
Harits meyakini bisa jadi penyerangan tersebut karena kondisi psikis yang labil dan ada problem pribadi yang membuat SA melakukan tindakan emosional. Menurut Harits, pelaku sedang mencari pembenaran aksinya dengan mengkaitkan pada simbol dari kelompok tertentu, padahal bisa jadi ia bukan menjadi bagian kelompok tersebut.
Seperti diketahui, pelaku sempat menempelkan stiker bertuliskan laa illaha ilallahu allahu akbar, berwarna hitam. "Saya menduga aksi tersebut adalah aksi tunggal dan inisiatif pribadi, bukan dirancang oleh sekelompok orang," katanya.
Menurut Harits, agama tidak selalu menjadi faktor stimulus sebuah aksi kekerasan. Karena soal perut pun bisa menjadikan orang berubah menjadi teroris. Seperti contoh kasus Leopard teroris bom di Alam Sutera, Tangerang, beberapa waktu lalu.
Harits juga menekankan ekspos yang berlebihan mengesankan sengaja mengalihkan isu yang sensitif lainnya. "Semisal penistaan Alquran oleh Ahok."