Jumat 21 Oct 2016 13:28 WIB

Menteri Susi: Pertumbuhan Sektor Perikanan Meningkat

Aktivitas pekerja membongkar muat ikan hasil tangkapan nelayan di Tempat Palelangan Ikan (TPI) Brondong, Lamongan, Jawa Timur.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Aktivitas pekerja membongkar muat ikan hasil tangkapan nelayan di Tempat Palelangan Ikan (TPI) Brondong, Lamongan, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti menyebut pertumbuhan ekonomi di bidang perikanan dan kelautan mengalami peningkatan signifikan dalam dua tahun.

Dalam Pers Briefing Dua Tahun Kerja Nyata Jokowi-JK di Gedung Bina Graha Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (21/10), Susi menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi perikanan yang meningkat terindikasi dari berbagai sisi. "Pada 2014, nilai tukar nelayan itu di posisi 102. Terakhir 2016, ada pada posisi 108 sampai 110. Satu kenaikan yang luar biasa. Beberapa tempat bahkan mencapai 111. Di mana dulu banyak illegal fishing itu nilai tukar nelayan sekarang meningkat," katanya.

Sedangkan jika dilihat dari sisi, Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan juga naik signifikan yakni pada 2014 itu Indonesia mendapat 7,35 dengan total secara nasional PDB 5021. "Kemudian pada 2015, naik menjadi 8,37. Kita harapkan akhir tahun ini bisa mencapai 9 lebih dan kita lihat dibandingkan PDB sektor lainnya sangat jauh kelihatan sekali signifikan," katanya.

Susi juga menjelaskan target PNBP perikanan yang pada 2015 juga mendapatkan amnestik khususnya bagi para pemilik kapal untuk melakukan ukur ulang. "Saat sekarang, yang mengukur ulang baru mencapai 2.600-an kapal. Kita perkirakan di luar sana masih ada 10 ribuan kapal, minimal 8.000 kapal yang masih berukuran di bawah ukuran seharusnya. Yaitu kasus Markdown yang saat ini sudah dalam pengamatan KPK. Kapal itu 150 GT, 200 GT, tapi di atas kertas jauh di bawah itu. Saat ini belum selesai. Dari ukur ulang itu, peningkatan PNBP kita luar biasa," katanya.

Susi menambahkan dalam dua tahun terakhir laporan tangkapan di pelabuhan berbasis eks asing mengalami penurunan, namun laporan dari pelabuhan berbasis kapal domestik tradisional naik sangat tinggi. "Kenaikannya luar biasa di beberapa daerah, hampir 20 sampai 30 kalinya. Contoh Sabang. Karena dulu itu basisnya kapal-kapal Thailand. Begitu kapal-kapal itu tidak bisa masuk lagi, satu hari itu kapal (domestik/tradisional) yang dulunya satu ton, menjadi 20 ton. Sabang itu termasuk ke dalam percepatan pembangunan terhadap 15 pulau terluar. Kami akan bangun 'cold storage'. Pelindo akan masuk ke situ. Selain Sabang ada Morotai, Saumlaki, dan lain-lain," tuturnya.

Dari analisis income Muara Baru pihaknya mencatat laporannya semakin baik dengan potensi pajak yang luar biasa. Susi menambahkan, potensi pajak di Muara Baru dengan ukuran yang sebenarnya mencapai 600 kapal yang sebenarnya mencakup 3/4 dari seluruh Indonesia.

Ia mengatakan dalam dua tahun terakhir jumlah kapal mengalami penurunan tetapi jumlah tangkapan justru naik signifikan.

"Nilai ekspor naik 7,34. Volumenya naik 7 persen. Kalau nilainya naik 4,28 persen. Sementara nilai impor naik 0,11 persen. Tapi volumenya turun 14,83 persen.Kemudian menurut negara tujuan, Amerika Serikat naik tinggi, Jepang ada penurunan, Uni Eropa ada naik 4,2," katanya menjelaskan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement