REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jamur merupakan salah satu pengganggu pada tumbuhan yang berpotensi merugikan petani. Begitu pula yang sering dialami oleh petani kakao. Pada 2012 Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) telah mengembangkaan biofungisida Trichoderma viride untuk mengendalikan penyakit busuk buah kakao (bbk). Biofungisida ini ditanam pada media PDA. Pada media PDA, Trichoderma viride mampu menekan 100 persen pertumbuhan jamur Phytophthora palmivora.
"Phytophthora palmivora merupakan jamur patogen penyebab penyakit busuk buah kakao. Patogen ini menyerang berbagai tanaman kakao, seperti daun, pangkal batang, batang, ranting, pucuk, bantalan bunga, dan buah. Jamur ini dapat menyerang kakao pada berbagai tingkatan umur, mulai dari pembibitan sampai pada tanaman menghasilkan," kata peneliti Balittri, Samsudin.
Jamur tersebut sangat sulit untuk dikendalikan, karena umumnya bertahan hidup dalam bentuk miselium, dan klamidospora pada bagian tanaman yang terinfeksi atau di dalam tanah. Beberapa komponen teknologi pengendalian yang telah dilakukan, mampu menurunkan intensitas serangan patogen ini, diantaranya, sanitasi kebun dan pemangkasan, panen sering, pemanfaatan mikroorganisme antagonis, dan penggunaan fungisida kimia.
"Saat ini Trichoderma viride telah didormulasi dengan merk Biotri-V. Formula biofungisida Biotri-V ini berbentuk tepung. Hasil uji efikasi Biotri-V pada bibit kakao yang diaplikasikan sebelum diinfeksi patogen mampu menghambat infeksi Phytophthora palmivora dan dapat memicu pertumbuhan puck baru yang lebih baik, sehingga bibit kakao yang telah terinfeksi dapat pulih kembali," kata Samsudin.
Cara aplikasinya dengan cara disemprotkan pada seluruh permukaan buah, terutama buah muda yang berukuran 5-10 cm. Biotri-V juga dapat diaplikasikan pada benih sebagai pelindung untuk mencegah patogen tular benih, dengan cara melarutkan 10 gram Biotri-V dalam 20 mili air untuk satu kilogram benih.