REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pergerakan tanah di Jawa Barat dikhawatirkan semakin meningkat. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher mengatakan, pemerintah akan terus mensosialisasikan hal itu di daerah rawan bencana.
"Akan disosialisasi ke daerah yang rawan bencana, bila hampir terjadi atau sudah terjadi baru evakuasi paksa, kalau gejala awal masih sosialisasi," katanya di sela acara Ngeteh Ngopi dengan Atlet Peparnas, Bandung, Jumat (20/10).
Aher menambahkan, pemerintah akan meningkatkan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang terkait bencana, seperti Badan Meterologi dan Geofisika. Dia ingin ada laporan berkala tentang potensi bencana.
Menurut Aher, kerja sama tersebut akan menjadi suatu lembaga yang khusus memantau potensi bencana di Jawa Barat. "Kalau pergerakan tanah setiap daerah pasti ada, tinggal dua senti atau nol koma sekian senti setahun, yang paling besar saja lempengan tanah, gempa bumi kan lempengan tanah yang bergeser," katanya.
Sebelumnya, Kepala PVMBG, Kasbani mengatakan, hampir seluruh wilayah di Jawa Barat berpotensi mengalami pergerakan tanah. Ia memerinci, sebanyak 22 kabupaten/kota di Jawa Barat memiliki kerawanan tinggi terjadinya longsor.
Daerah tersebut, di antaranya Kota Bandung, Cimahi, Banjar, dan Depok serta Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Indramayu. Selain itu, yang juga rawan adalah Bekasi, Bogor, Ciamis, Cianjur, Cirebon, Garut, Karawang, Kuningan, Majalengka, Pangandaran, Purwakarta, Subang, Sukabumi, Sumedang, serta Tasikmalaya.