REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim digital forensik Polri menelusuri jejak SA (21 tahun) di internet untuk mengungkap peran pelaku penempelan stiker ISIS sekaligus penyerang tiga polisi itu dalam jaringan terorisme.
Penyelidikan terus dikembangkan, salah satunya dengan mengkloning isi percakapan dan tulisan-tulisan yang pernah diunggah pelaku. "Kami masih menyelidiki konten-konten dari akun milik pelaku, baik berupa blog maupun website," kata Kadivhumas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar, di Jakarta, Sabtu.
Selain itu, polisi juga tengah mendalami isi data yang berasal dari telepon seluler milik SA. Polisi mencurigai pelaku pernah berkomunikasi dengan pihak-pihak tertentu terkait aksi radikalisme. "Dia disinyalir seriing berkomunikasi dengan pihak-pihak luar yang nadanya cukup mencurigakan," ujar mantan Kapolda Banten ini.
Dari hasil penyidikan sementara, SA diketahui merupakan bagian dari jaringan Jamaah Anshor Daulah Khilafah Nusantara (JADKN). Pimpinan jaringan tersebut, Aman Abdurrahman, berafiliasi dengan sel teroris Pondok Pesantren Tahfidz Alquran Anshorullah, yang dimotori almarhum ustadz Fauzan Al-Anshori.
Pada Kamis (20/10) pagi, SA menempelkan stiker berlambang ISIS di Pos Lantas Jalan Perintis Kemerdekaan, kawasan sekolah pendidikan Yuppentek, Cikokol, Tangerang. Ia lantas secara brutal menusuk dengan golok polisi yang mencoba menanyainya. Tiga anggota polisi menjadi korban penusukan.
Setelah ada polisi yang terluka, anggota polisi lainnya kemudian melumpuhkan pelaku dengan menembak dua kali di bagian paha dan satu lagi di perut pelaku. SA tewas kehabisan darah dalam perjalanan saat hendak dibawa ke Rumah Sakit Polri Said Sukanto.
Jenazah SA dimakamkan pada Jumat (21/10) dini hari di Kecamatan Tigaraksa, Tangerang, Banten.