REPUBLIKA.CO.ID, CALAIS -- Prancis mulai 'membersihkan' kamp pengungsi Calais hari ini, Senin (24/10). Lebih dari 1.200 polisi dan otoritas berwenang dikerahkan untuk memulai proses penutupan kamp di hutan tersebut.
Sebagian besar migran tampak telah bersiap meninggalkan kamp dengan damai. Mereka mengantre di tempat pemeriksaan untuk kemudian naik bus menuju pusat-pusat pengungsi di daerah lain.
Sebanyak 60 pemandu akan menemani gelombang pertama pada hari ini. Kontributor BBC, Simon Jones yang melaporkan dari lokasi mengatakan pos pemeriksaan kamp Calais dibuka sejak pukul delapan pagi.
Namun antrean pengungsi telah mengular sejak empat jam sebelumnya. Sebagian besar dari mereka sangat antusias karena bisa meninggalkan tempat tinggal tak layak itu.
Mereka mengantre berdasarkan pengungsi dengan keluarga atau mengungsi sendiri.Termasuk apakah mereka dalam kategori rentan atau tidak. Setelah proses pemeriksaan dan penilaian, mereka akan dikirim ke sejumlah tempat di Prancis.
Mereka akan diberi kesempatan untuk mengklaim suaka. Jika tidak bersedia, mereka akan menghadapi ancaman deportasi. Muncul kekhawatiran akan terjadi bentrokan karena ada migran yang ingin menuju Inggris.
Dilansir BBC, ada sekitar 7.500 tempat tersedia bagi migran Calais di Prancis. Pada Selasa, alat-alat berat akan dikirim untuk membersihkan tenda dan shelter yang sudah ditinggalkan.
Baca juga, Upaya Kristenisasi Terselubung di Kamp Pengungsi Yunani.
Operasi tersebut kemungkinan menghabiskan waktu hingga tiga hari. Kamp Calais menampung sekitar 7.000 orang dalam kondisi yang tidak layak. Hari ini akan dimulai dengan mengosongkan kamp.
Kementerian Dalam Negeri Prancis telah memperingatkan agar prosesi ini berjalan damai. "Kami tidak ingin memaksa tapi jika mereka tidak mau pergi atau ada NGO yang membuat masalah, polisi akan melakukan intervensi," katanya.
Sementar prosesi penghancuran kamp akan dilakukan Selasa. Sejumlah pengungsi Calais telah ditransfer ke Inggris. Diantaranya 1.300 anak-anak yang tidak punya orang tua atau wali.