REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada era Kerajaan Romawi, Sevilla terkenal sebagai kota pelabuhan, Hispalis. Terletak di tepi Sungai Guadalquivir, Sevilla menikmati akses langsung ke Samudra Atlantik. Sevilla sempat dipimpin para Phoenician dan Carthaginian sebelum menjadi bagian Kerajaan Visigothic.
(Baca: Cordoba, Pesaing Kota Baghdad)
Pada era kepemimpinan Muslim, Sevilla meraih masa cemerlang. Sevilla menjadi ibu kota Almoravid dan Almohad Spanyol. Sevilla bahkan sering bersaing dengan Cordoba sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kemakmuran.
Setelah serangan Viking ke sana pada abad kesembilan, kekhalifahan Umayyah yang saat itu dipimpin Abdul Rahman II membangun pangkalan udara dan menara-menara pengawas untuk melindungi kekuasaannya. Selama era bermunculannya taifa, Sevilla bersinar di bawah kepemimpinan al-Mutamid.
(Baca Juga: Jejak Pengaruh Islam di Granada)
Fernando III dari Castile menaklukkan Sevilla pada 1248. Beberapa legenda menyebut, ia memanjat La Giralda, sebuah menara masjid dengan tinggi 320 kaki, untuk mengumumkan kemenangannya. Pada abad ke-16 hingga ke-18, warga Spanyol mulai mengangkut perak dari Dunia Baru ke Sevilla. Sevilla bahkan mendokumentasikan pengaruh Spanyol di Amerika dalam sebuah dokumen berjudul Archives of the Indias.
Pada 1992, Sevilla menggelar Universal Exposition. Salah satu hajat besar Spanyol itu mengindikasikan negara itu sebagai negara demokratis dan modern di Eropa. Sevilla hari ini adalah kota dengan kekayaaan seni, budaya, sekaligus ibu kota keuangan di selatan Spanyol. Inilah kota metropolitan keempat di Spanyol dengan populasi mencapai 1,3 juta jiwa.