REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengaruh Wali Sembilan pada masa perkembangan Islam di tanah Jawa yang begitu kuat turut memengaruhi ciri arsitektur Masjid Agung Semarang.
Masjid Agung Semarang memiliki ciri arsitektur Jawa yang khas. Salah satunya tampak dari bentuk atap yang menyiratkan perpaduan bangunan dengan gaya Majapahit. (Baca: Masjid Kauman, Lebih Tua dari Kota Semarang)
Hal ini dapat dilihat dari atap masjid yang berbentuk tajuk tumpang (tingkat) tiga. Arsitektur ini juga mirip dengan Masjid Agung Demak yang dibangun pada masa Kasultanan Demak.
Bagian tajuk paling bawah menaungi ruangan ibadah. Tajuk kedua lebih kecil dengan kemiringan lebih. Sedangkan, tajuk tertinggi berbentuk limas.
Yang membedakan dengan Masjid Agung Demak adalah tiang saka guru. Jika bangunan utama Masjid Demak disangga empat saka guru, sementara atap Masjid Agung Semarang ditopang oleh 36 saka (pilar) yang kokoh.
Perpaduan budaya juga terlihat di masjid ini. Bentuk atap limasan yang diberi hiasan mustaka pada puncaknya mencerminkan warna arsitektur Jawa kuno. Sedangkan, pintunya yang berbentuk rangkaian daun waru melambangkan arsitektur khas Persia.
Pada ruangan masjid, terdapat mihrab yang terlihat lebih runcing dengan langit-langit terbuat dari beton. Di lokasi mihrab, terdapat sebuah mimbar imam (khatib) yang terbuat dari kayu dan dilengkapi ornamen ukir yang indah.
Pada dinding masjid yang berlantai marmer ini, juga dihiasi dengan 99 nama Allah (asmaul husna). Sehingga, nuansa perpaduan dalam masjid kian serasi.