REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Sedikitnya 59 orang tewas sementara 200 polisi disandera oleh orang yang menyerbu satu Perguruan Tinggi Pelatihan Polisi di Jalan Saryab di Quetta, Ibu Kota Provinsi Balochistan di bagian barat daya Pakistan.
Menteri Dalam Provinsi tersebut Sarfraz Bugti mengatakan orang yang tewas meliputi empat penyerang dan dua polisi, sementara empat personel keamanan termasuk di antara orang yang cedera bersama polisi lain. Pejabat Koordinasi Wilayah Quetta Abdul Wahid Kakar mengonfirmasi 92 orang yang cedera dibawa dari pusat pelatihan itu ke berbagai rumah sakit di kota tersebut.
Menurut Menteri Kesehatan Provinsi Rehmat Saleh Baloch, tak kurang dari 52 polisi menderita luka tembak, 23 lagi cedera di tangan akibat ledakan granat. Beberapa orang lagi menderita patah tulang setelah mereka melompat ke luar jendela kamar mereka di asrama pusat pelatihan.
Menteri Kesehatan tersebut mengatakan jumlah korban jiwa mungkin bertambah sebab sedikitnya 11 orang yang cedera berada dalam kondisi kritis. Peristiwa itu terjadi ketika sebanyak lima atau enam pengacau yang bersenjatakan senapan otomatis, granat tangan dan jaket bom memasuki pusat pelatihan tersebut dari halaman belakang dan menyandera personel polisi di satu asrama.
Hubungan Masyarakat Antarlembaga (ISPR), corong militer Pakistan mengatakan setelah serangan tersebut, personel militer Pakistan dan Korps Perbatasan, pasukan paramiliter, sampai di lokasi dan menutup pusat pelatihan itu serta melancarkan operasi.
Suara baku-tembak sengit terdengar setelah kesatuan militer dan Korps Perbatasan memasuki pusat pelatihan tersebut dan memulai operasi untuk menetralkan penyerang, yang menyandera sebanyak 200 polisi di satu ruang di pusat pelatihan itu.
Personel komando militer Pakistan telah menewaskan dua penyerang, sementara dua orang lagi bunuh diri dengan meledakkan jaket bom mereka setelah mereka terpojok selama operasi militer, kata Bugti.
Menurut laporan media setempat, pasukan keamanan telah membersihkan 90 persen daerah pusat pelatihan tersebut, sementara mereka menunda operasi terakhir untuk menyelamatkan sandera guna menghindari korban jiwa lain sebab dua penyerang yang mengenakan jaket bom berada di antara polisi yang disandera di ruang makan pusat pelatihan itu.
Seorang peserta pelatihan mengatakan, "Kami sedang tidur di kamar kami ketika kami mendengar suara tembakan. Kami bergegas ke luar, saya melihat dua penyerang menembaki kamar lain. Saya berlari ke atap asrama dan dari sana saya berusaha keluar."
Keadaan darurat telah diumumkan di semua rumah sakit di Quetta, sementara pusat pemantauan juga telah dibentuk di Kementerian Dalam Negeri untuk mengawasi perkembangan operasi tersebut. Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif mengutuk serangan itu dan mengatakan pelaku teror tak bisa merusak moral rakyat dengan serangan semacam itu dan perang yang dilancarkan negeri tersebut melawan teror akibat berakhir secara logis.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.