REPUBLIKA.CO.ID, CALAIS -- Pengosongan kamp pengungsi di Calais, Prancis memasuki hari ketiga, Rabu (26/10). Operasi ini terus mendapat izin untuk dilanjutkan setelah terjadi pembakaran bekas tenda disertai dengan ledakan botol gas.
Menurut keterangan pejabat berwenang wilayah itu, ledakan mengakibatkan satu orang terluka cukup parah di bagian dalam telinga. Saat ini korban telah mendapat penanganan intensif di rumah sakit.
"Operasi pengosongan akan terus dilanjutkan sesuai rencana. Hal ini sekaligus untuk menghindari terjadi pembakaran lagi," ujar seorang juru bicara pihak berwenang Calais.
Pembakaran tenda-tenda dilakukan oleh migran yang tidak ingin pergi dari tempat penampungan yang disebut 'hutan' tersebut. Selain itu, banyak dari mereka yang selama ini melakukan hal itu sebagai bagian dari tradisi.
"Kami sudah meminta mereka tidak melakukannya tapi beberapa migran memang mengikuti tradisi saat pergi dari kamp," ujar juru bicara itu.
Para migran di Calais kebanyakan berasal dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika. Mereka berusaha melarikan diri ke Inggris dari Prancis untuk menemukan kehidupan yang lebih baik.
Meski pagar tinggi di perbatasan Prancis dan Inggris sudah dibangun, para migran terus berdatangan. Arus gelombang terbesar para pengungsi terjadi pada 2015.
Pemerintah Prancis ingin Calais bersih dari sekitar 7000 pengungsi yang tinggal di sana. Banyak penduduk lokal yang memprotes kehadiran migran, lengkap dengan lingkungan kumuh serta tidak sehat yang mereka bangun di 'hutan' tersebut.