Rabu 26 Oct 2016 16:28 WIB

Ahmad Syafii Maarif Berdiskusi dengan Gubernur DIY 1,5 Jam

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Agus Yulianto
Ahmad Syafii Maarif
Foto: Daylife
Ahmad Syafii Maarif

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Selama 1,5 jam Ahmad Syafii Maarif bertemu dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis Kepatihan Yogyakarta, Rabu (26/10). Sekitar pukul 08.40 WIB Buya (panggilan akrab Ahmad Syafii Maarif) yang mengenakan hem batik  biru datang sendirian ke Kepatihan dan sekitar pukul 10.10 WIB dia ke luar diantar oleh HB X sampai pintu keluar Gedhong Wilis.

Karena Buya mengatakan datang sendiri dan  akan pulang sendiri, Sultan pun langsung meminta ajudannya untuk memanggilkan Didik Purwadi, Asisten Keistimewaan Setda DIY agar sopirnya mengantarkan Buya. Sambil menunggu mobil yang mengantarkannya, Buya mengatakan, pertemuannya dengan Sultan merupakan hal yang biasa.

"Saya diundang Pak Gubernur karena saya sebagai warga negara senior. Kami biasa berdiskusi macam-macam soal negara  termasuk soal bandara. Soal Bandara di Kulon Progo sepertinya sudah mulus," tuturnya.

Saat ditanya dalam pertemuan tersebut yang terpenting dibicarakan apa, Buya mengatakan, bahwa Sultan HB X sering dimintai nasehat oleh Presiden RI Jokowi (red.Joko Widodo), karena mungkin dianggap lebih berpengalaman. "Saya bilang supaya dibantulah, dinasehati. Dia (red.Jokowi) punya niat baik  dan jam terbang Sultan kan  lebih banyak, supaya Presiden lebih percaya diri," kata Buya.    

Selanjutnya ketika dimintai pendapatnya tentang Pilkada di Yogyakarta Buya mengatakan Pilkada di Yogyakarta tidak masalah. Yang berat Pilkada di Jakarta. Karena melawan yang pro Ahok. "Saya kira itu direkayasa. Wartawan harus mencari akarnya apa sesungguhnya di belakang itu," tutur Buya yang mengaku dihujat karena tidak mengutuk Ahok.

Padahal, kata Buya, dirinya juga tidak membela Ahok. "Untuk apa membela Ahok. Sampai orang yang bukan warga DKI Jakarta banyak yang sibuk berdemo soal Ahok," kata Buya Syafii yang mengaku sebagai warga negara yang senior dan sudah tidak lagi duduk di struktur kepengurusan Muhammadiyah ini.

Buya berpesan, dalam Pilkada ini jagalah ketenangan. "Menurut saya berkompetisilah secara fair, jangan pakai agama. Ini  merusak suasana. Wartawan harus mencari akarnya apa sesungguhnya di belakang ini. Saya kan dihujart karena saya tidak mengutuk Ahok saya yang dikutuk, saya tidak membela, bukan warna DKI sibuk demo, apa tidak habis energi bangsa ini," kata Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini .

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement