Rabu 26 Oct 2016 18:49 WIB

Obligasi BRI untuk Likuiditas Jangka Panjang

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nur Aini
Bank Rakyat Indonesia
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Bank Rakyat Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Haru Koesmahargyo mengatakan penerbitan obligasi berkelanjutan BRI tahap I ini akan melonggarkan rasio pinjaman terhadap pendanaan atau loan to funding ratio (LFR) perseroan. Pelonggaran LFR ini memudahkan BRI untuk berekspansi, terutama untuk kredit jangka panjang.

Haru mengatakan, posisi LFR bank pelat merah itu sebesar 88 persen. Dengan masuknya dana senilai Rp 7 triliun dari penerbitan obligasi, maka LFR akan mengalami penurunan menjadi sekitar 87 persen.

"Tapi, ini tidak semata-mata untuk menurunkan LFR, tapi juga disiapkan untuk dana jangka panjang," ujar Haru di Gedung BRI, Jakarta, Rabu (27/10).

Dana jangka panjang ini disiapkan karena perseroan tidak hanya menggantungkan penyaluran kredit dari dana pihak ketiga (DPK). Selain obligasi, perseroan memiliki dana lain yang berasal dari medium term notes (MTN). "Deposito kan jarang yang lewat dari satu tahun, maka kita punya ini," kata Haru.