Kamis 27 Oct 2016 13:53 WIB

AS akan Libatkan Pasukan Kurdi untuk Rebut Raqqa dari ISIS

Rep: MgRol81/ Red: Teguh Firmansyah
Anggota ISIS ketika melakukan parade di Raqqa, Suriah.
Foto: AP Photo
Anggota ISIS ketika melakukan parade di Raqqa, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, RAQQA -- Pejuang milisi Kurdi YPG akan terlibat dalam koalisi pimpinan Amerika Serikat untuk merebut kota Raqqa dari kelompok Negara Irak Islam dan Suriah (ISIS). Keterlibatan YPG ini dideklarasikan oleh komandan tertinggi militer Amerika Serikat, Letnan Militer Jenderal Stephen Townsend, di Irak pada Rabu (26/10).

Townsend, dalam jumpa pers, mengatakan pasukannya akan bergerak cepat untuk mengisolasi Raqqa. Ini adalah tindakan yang mendesak, karena ISIS dikhawatirkan akan menggunakan Raqqa sebagai markas untuk merencanakan dan melancarkan serangan terhadap targetnya di luar negeri.

AS menganggap YPG sebagai sekutu untuk memerangi ISIS. Tapi Turki, yang juga anggota koalisi, mengklaim YPG sebagai organisasi teroris karena hubungannya dengan militan etnis Kurdi yang terlibat dalam pemberontakan tiga dekade di Turki.

Walau begitu, YPG telah memainkan peran besar selama tahun lalu lewat keterlibatannya dalam Pasukan Demokratis Suriah (SDF). SDF merupakan kelompok militer yang didukung AS dan telah merebut wilayah besar ISIS. Keberhasilan kelompok inilah yang menjadi pemicu untuk operasi di Raqqa.

"Turki tidak ingin melihat kami beroperasi dengan SDF di mana saja, terutama di Raqqa," kata Townsend. "Kami sedang melakukan diskusi dengan Turki dan kami akan mengambil langkah-langkah."

Baca juga, Serangan Raqqa Tewaskan 18 Warga Sipil.

Seperti yang dikutip oleh Middle East Eye, Townsend menyatakan, pejabat intelijen percaya ISIS menggunakan Raqqa sebagai titik perencanaan pusat untuk serangan internasional.

"Satu-satunya pasukan yang mampu sesegera mungkin ke Raqqa adalah SDF,  YPG memiliki porsi yang penting dalam pasukan itu," kata Townsend. "Kami akan mengumpulkan semua pasukan yang kami miliki, dan kami akan segera pergi ke Raqqa dengan pasukan itu."

"Kami pikir penting untuk mengisolasi wilayah sekitar Raqqa untuk mulai mengontrol lingkungan sekitar dalam waktu yang cukup singkat," katanya.

Menteri Pertahanan AS Ash Carter telah berulang kali mengisyaratkan pada pekan ini bahwa operasi di Raqqa akan dilakukan sebentar lagi. Carter mengatakan pada Rabu (26/10), operasi itu akan dimulai sepekan lagi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement