Kamis 27 Oct 2016 17:08 WIB

Kepala BKPM Kena 'Semprot' Jokowi Gara-Gara Ini

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyampaikn realisasi investasi kuartal III di Gedung BKPM, Jakarta, Kamis (27/10).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyampaikn realisasi investasi kuartal III di Gedung BKPM, Jakarta, Kamis (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo belum puas dengan peringkat kemudahan atau ease of doing business (EODB). Padahal peringkat Indonesia sudah naik dari 106 ke 91.

"Kemarin sore di sidang kabinet saya kena semprot oleh Pak Presiden. Itu karena saat saya ditanya mengenai investasi di Indoensia, dan jawaban saya lumayan, beliau langsung marah-marah. Ini saya pikir naiknya peringkat kan sudah bagus hanya dalam satu tahun," kata Lembong di kantornya, Kamis (27/10).

Thomas menuturkan,‎ dari informasi yang dia dapat, kenaikan peringkat kemudahan berbisnis dari 106 ke 91 merupakan hal yang sangat baik. Sebab dalam sejarah world bank belum pernah ada negara yang bisa memperbaiki peringkat untuk naik 15 dalam satu tahun. Ini merupakan lonjakan terbesar dalam indeks world bank.

"Ini memecahkan rekor dunia tapi malah dimarah-marahi," ujar Tom.

Namun, lanjut Tom, hal yang dilakukan Presiden sangat wajar. Sebab Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan untuk bisa lebih baik dalam kemudahan berbisnis. Makanya BKPM dan K/L serta Pemerintah Daerah harus merenungkan permintaan Presiden agar semua kemudahan bisa diberikan kepada investor.

Lembong menjelaskan, peningakatan peringkat EODB saat ini telah menjauhkan Indonesia untuk 'meminum racun tikus', dengan beralih 'meminum Baygon'. Semua pemangku kebijakan harus terus melakukan perbaikan di sektor ini sehingga Indonesia bisa segera 'meminum jus'

"‎sebagai bangsa yang jago kita masih memiliki kemampuan untuk meningkatkan ini. Semua harus berusaha. Masih banyak yang bisa kita lakukan," paparnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement