Jumat 28 Oct 2016 07:13 WIB

Bagito Janji akan Tetap Melawak dengan Kritis

Rep: Sri Handayani/ Red: Andi Nur Aminah
Pemred Republika Irfan Junaedi bersama Personel lawak Grup Bagito Dedi Gumelar alias Miing, Hadi Wibowo alias Unang, dan Didin Pinasti bertukar buku saat bersilaturahim ke kantor Republika, Jakarta, Kamis (27/10).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Pemred Republika Irfan Junaedi bersama Personel lawak Grup Bagito Dedi Gumelar alias Miing, Hadi Wibowo alias Unang, dan Didin Pinasti bertukar buku saat bersilaturahim ke kantor Republika, Jakarta, Kamis (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Kembalinya grup lawak Bagito ke panggung hiburan tentu akan menjadi obat rindu bagi pengemarnya setelah vakum selama 14 tahun. Grup lawak yang terdiri atas Dedi Gumelar alias Miing, Hadi Wibowo alias Unang dan Didin Pinasti alias Didini ke dunia seni membawa visi dan target baru untuk menjadikan kehidupan mereka bermanfaat.

"Kalau dalam Islam kan tujuan Tuhan menciptakan manusia itu untuk mengabdi, beribadah. Visi kita adalah bagaimana kalau Bagito kembali menjadi pencerah, media penyadar, sosial kontrol," kata Miing.

Dengan keputusan ini, mereka berkomitmen untuk menampilkan humor yang sehat, cerdas, dan kritis seperti citra mereka pada awalnya. Bagito ingin media katarsis di tengah perkembangan industri lawak Industri.

Langkah ini sekaligus akan menjadi bukti bahwa seni tak dibatasi oleh usia, namun oleh kreativitas dalam berkarya. Miing mengaku, dalam beberapa kali kesempatan, ketiganya kembali dipertemukan di panggung yang sama. Perpisahan selama 14 tahun bukan membuat mereka canggung dalam mengeluarkan candaan-candaan yang bermutu, namun justru lebih 'gesit'.  

Dengan visi yang baru, Miing, Didin, maupun Unang berjanji untuk tak menghentikan sikap kritis mereka kepada pemerintah. Salah satu hal yang mereka hindari adalah sinisme dalam melontarkan kritik. Menurutnya, lawakan bukan ajang untuk memaki, namun menjadi alat untuk memotret fenomena yang terjadi dalam kehidupan.

Bagito ingin menjadi teman masyarakat sekaligus teman pemerintah melalui cara yang berbeda. Kedekatan dengan pemerintah dilakukan melalui perannya untuk melakukan kontrol sosial, sementara mereka juga harus menjadi acuan masyarakat dalam bertingkah laku.

"Kita harus jadi pencerah bagi orang-orang yang tak berbudaya, asosial. Mereka tidak ada rasa malu, rasa takut, tidak pernah ada rasa bersalah. Dia kehilangan rasa ke-Indonesia-annya," kata Miing.

(Baca Juga: Milad ke-38, Bagito Hadirkan 'Bagito Return')

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement