Jumat 28 Oct 2016 15:50 WIB

Orasi Damai Aliansi Umat Islam NTB Soal Penistaan Agama Berakhir Lancar

Rep: Muhammad Nursyamsi / Red: Israr Itah
Ratusan umat Islam di NTB berkumpul di Islamic Center menggelar aksi damai terkait tuntutan proses hukum dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Jumat (28/10).
Foto: REPUBLIKAFOTO/Muhammad Nursyamsi
Ratusan umat Islam di NTB berkumpul di Islamic Center menggelar aksi damai terkait tuntutan proses hukum dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Jumat (28/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gelombang aksi damai terkait dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terus bergulir, tak terkecuali di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Ratusan elemen umat Islam NTB yang tergabung dalam Aliansi Umat Islam (AUI) NTB mendatangi Mapolda NTB di Jalan Langko, Mataram, usai Shalat Jumat, menuntut pihak kepolisian agar segera menyeret Ahok ke penjara.

Aksi massa dimulai di Islamic Center NTB yang menjadi titik kumpul sebelum menuju Mapolda NTB. Sebelum bertolak ke Mapolda, Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin meminta agar tertib dalam menyuarakan aksinya. 

"Saya harap tidak perlu ada sikap anarkis. Masyarakat NTB semua bersaudara dan cinta damai," ujarnya di Islamic Center, Mataram, Jumat (28/10).

Usai mendengar pernyataan tersebut,  massa pasukan putih ini berjalan dengan tertib ke Mapolda NTB. Sesampainya di Mapolda, massa menyampaikan lima tuntutan.

Pertama, AUI NTB mendukung dan mengawal penuh fatwa MUI terkait penistaan agama. Kedua, Muslim NTB menuntut Presiden Jokowi bersikap adil dan tidak melakukan intervensi, apalagi sampai melindungi Ahok. Ketiga, Muslim NTB mengutuk bentuk penistaan agama apapun. Empat, mendorong pihak berwajib untuk memenjarakan Ahok paling lambat 3 November. Lima, apabila sampai 3 November, Ahok belum ditangkap, mereka akan terus menggelar aksi dengan massa lebih besar.

Tuan Guru Haji Ahmad Mukhlis meminta agar penegakan hukum benar-benar dapat dijalankan. "Berapa bulan lalu ada orang yang menghina bapak Presiden langsung diciduk dan diadili, ini agama dinistakan, Alquran, dan ulama. Warga NTB akan tetap dibelakang prosedur hukum," ujarnya dalam orasi di Mapolda NTB.

Kapolda NTB Brigjen Umar Septono menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya apapun aspirasi masyarakat NTB. Ia akan mengirimkan tuntutan tersebut kepada Kapolri pada hari ini juga.  

"Tuntutan itu akan saya sampaikan sepenuhnya ke Kapolri, malam ini juga akan saya kirim amanah bapak ibu sekalian. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, mari kita tunaikan Shalat Ashar, bisa sama-sama di Masjid Polda NTB," ungkapnya. 

Seketika, massa aksi langsung membubarkan diri dan menuju Masjid Polda NTB untuk bersama menjalankan ibadah Shalat Ashar. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement