REPUBLIKA.CO.ID, PAMEUNGPEUK — Siswa kelas 1 SD Negeri (SDN) Pameungpeuk 2, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terpaksa harus belajar di ruang yang menyerupai lorong berukuran 3x7 meter. Mereka harus beralih dari ruang kelas biasanya yang berukuran 8x7 meter lantaran tempat itu roboh, Rabu (26/10).
Ketua Komite SDN 2 Pameungpeuk, Ahadiat, menjelaskan, ruang siswa kelas 1 itu merupakan bangunan tua. Bahkan, belum pernah direnovasi sekitar 32 tahun. Ia mengaku, pernah mengajukan permohonan pembangunan ruang kelas baru pada 2015 ke Dinas Pendidikan setempat. Namun, tidak pernah terealisasi. “Baru akibat kejadian ruang kelas roboh, dari dinas semuanya turun mengecek,” ujar dia kepada Republika, saat ditemui di SDN Pameungpeuk 2, Jalan Kampung Pasar, Desa Langonsari, Kecamatan Pameungpeuk, Kamis (27/10).
Tidak ada korban jiwa saat ruang kelas roboh. Menurut Ahadiat, retakan sudah terlihat di ruang kelas tersebut sejak Ahad (23/10). Sebagai langkah antisipasi, kata dia, kegiatan belajar mengajar kelas 1 dengan jumlah 60 siswa itu dipindahkan ke tempat lain. Para siswa akhirnya belajar di ruang yang menyerupai lorong, pagi dan siang. Menurut dia, ruangan tersebut sebelumnya biasa digunakan perpustakaan dan operator IT.
Komite sekolah kini tengah mengajukan permohonan kepada pimpinan madrasah ibtidaiyah (MI) yang letaknya tidak jauh dari SDN Pameungpeuk 2. Permohonan itu, kata Ahadiat, agar bisa menggunakan ruang kelas di madrasah. Menurut dia, ruangan di MI itu selama ini hanya digunakan saat sore hari. Ia mengaku, akan segera berkoordinasi dengan kepala sekolah terkait peminjaman ruang kelas itu. “Mudah-mudahan nanti malam atau besok ada jawaban dari pimpinan pesantren. Kalau pesantren tidak memberikan izin, ya satu semester di lorong,” kata dia.
Ahadiat mengatakan, SDN Pameungpeuk 2 juga mengajukan permohonan pembangunan dua kelas, yaitu kelas 1 yang roboh dan ruang kelas 2. Diharapkan anggaran pembangunan bisa dialokasikan dalam APBD 2017. Kepala Bidang TK-SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Bandung Maman Sudrajat mengatakan, dana perbaikan ruang kelas akan dianggarkan dalam APBD 2017. Sebab, rencana APBD Perubahan 2016 sudah memasuki tahap evaluasi di tingkat provinsi. “Triwulan pertama (tahun deoan), proses perbaikan ruang kelas akan dilakukan,” ujar dia, kemarin.
Menurut Maman, kondisi bangunan ruang kelas 1 di SDN Pameungpeuk 2 memang sudah tua. Hujan deras yang turun beberapa hari terakhir dinilai ikut memicu ruang kelas itu roboh. Ia mengatakan, di SD tersebut ada tujuh ruang kelas. Untuk itu, ia mengatakan, ruang belajar siswa kelas 1 bisa dialihkan ke tempat lain agar aktivitas belajar mengajar tetap berlangsung.