REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Aktris Senior Christine Hakim mengatakan kebutuhan masyarakat untuk menonton dan mengapresiasi film-film Indonesia yang berkualitas semakin meningkat. Meski begitu menurutnya perfilman Indonesia masih butuh berkembang lagi saat ini karena masih kuatnya pengaruh film asing.
"Saat ini telah ada 130 judul film Indonesia yang diproduksi pada 2016, jumlahnya terus meningkat. Itu menandakan adanya peningkatan kebutuhan masyarakat untuk melihat dan mengapresiasi film-film Indonesia yang bermutu," kata Christine pada Kuliah Umum dan Bedah Film di Auditorium Pascasarjana Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Jumat (28/10).
Ia mengatakan banyak film Indonesia yang mampu merajai pasar dan menjadi box office, misalnya Rudi Habibie dan Guru Bangsa Tjokroaminoto. "Dari sisi kualitas dan kuantitas sudah mulai membaik," katanya.
Kendati mengalami peningkatan yang signifikan, ia menyayangkan perfilman Indonesia masih jauh dari yang diharapkan.
Padahal, lanjut dia, perfilman Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk berkembang.
Menurutnya, bisnis perfilman ini sebenarnya menjanjikan dan mampu menghasilkan devisa negara yang besar bila dikelola dengan baik.
"Perfilman Indonesia harus berjuang lagi. Saingan kita saat ini bukan lagi Amerika, tetapi Korea dan India yang mencuri hati masyarakat beberapa waktu ini," katanya. Ia juga menyesalkan, rencana pencabutan bisnis film dari Daftar Negatif Investasi (DNI) di Indonesia.
Menurut dia, bila hal itu terjadi, film atau televisi Korea dan India mendominasi, maka film-film Indonesia yang jumlahnya memang sedikit akan kalah saing. "Bila film-film Korea dan India mendominasi, maka akar budaya dari film Indonesia akan hilang," tambahnya.