REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidun, seni arsitektur Islam hanya dipengaruhi oleh satu unsur, yakni kebudayaan Arab. Namun, seiring dengan makin luasnya wilayah kekuasaan Islam, unsur kebudayaan asing mulai memberikan pengaruh terhadap ragam dan corak arsitektur pada setiap bangunan di mana peradaban Islam tumbuh dan berkembang.
(Baca: Cikal Bakal Arsitektur Islam)
Pengaruh unsur asing ini tampak jelas dalam bangunan Masjid Kordoba yang memadukan arsitektur Islam dengan arsitektur Kristen Eropa. Begitu juga bangunan masjid di wilayah Asia Tengah yang dipengaruhi oleh budaya lokal. Misalnya, kubah besar, menara tinggi, serta bagian muka masjid yang merupakan penjelmaan kejayaan bangsa Mongol.
Kini, arsitektur Islam berkembang begitu luas, baik di bangunan sekuler (gedung, rumah, atau perkantoran) maupun bangunan keagamaan. Seiring perkembangan zaman, arsitektur Islam yang turut mewarnai hampir seluruh pendirian bangunan kini makin kaya khazanah dengan memadukan arsitektur Islam dengan lainnya, seperti Roma, Persia, Cina, dan lainnya. Sehingga, konsep arsitektur Islam terkadang malah tak tampak dari luar.
Ernst J Grube dalam tulisannya yang berjudul What Is Islamic Architecture mengungkapkan, bentuk dominan dari arsitektur Islam sebenarnya terletak pada arsitekturnya yang tersembunyi. Artinya, arsitektur Islam baru bisa terlihat setelah memasukinya dan melihat bentuknya dari dalam.
Martin menambahkan, arsitektur Islam sangat kuat dalam memahami harmonisasi antara manusia dan lingkungan serta Sang Pencipta. Sayangnya, kata dia, pada abad ke-20, konsep Islami itu dilupakan dalam pembangunan industri yang begitu cepat.
Untuk menyelamatkan keberlanjutan arsitektur Islam, Martin menyarankan umat Islam agar benar-benar mengabaikan arsitektur Barat yang tak menggunakan semangat Islam dan merusak kebudayaan tradisional. Selain itu, umat Islam perlu memahami esensi arsitektur Islam dan memasukkan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam mengekpresikan esensi ini.
Apalagi, arsitektur Islam pernah mengalami masa keemasannya di era Usmaniyah, masa Abbasiyah, dan Seljuk. Misalnya, masjid jami di Isfahan, Spanyol; Masjid Cordoba; atau Istana Granada.
Menurut Prof Jonathan Bloom dan Sheila Blair dari Boston College dalam bukunya The Art and Architecture Islam, ide seni dan arsitektur tradisional Islam yang berkembang pada abad ke-7 yang mencakup arsitektur dan seni di daratan Atlantik hingga ke lautan Hindia telah memberi pengaruh kepada Barat untuk mengembangkan seni dan arsitektur Islam. Hingga abad ke-19 dan 20, jelas Blair dan Bloom, seni dan arsitektur Islam masih tetap berpengaruh bagi negara-negara di Eropa dan Amerika.