REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah PT Pertamina (Persero) dan Rosneft menandatangani Joint Venture Agreement (JVA) kedua perusahaan langsung menyerahkan masing-masing deposit 200 juta dolar AS sebagai bentuk keseriusan pelaksanaan proyek New Grass Root Refinery (NGRR) Tuban. Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Rachmad Hardadi mengatakan Pertamina dan Rosneft bekerja cepat untuk merealisasikan megaproyek NGRR Tuban, di Jawa Timur.
Dia menggambarkan bagaimana Pertamina dan Rosneft melakukan finalisasi kesepakatan JVA selama 28 jam nonsetop. “Pada 5 Oktober lalu JVA Tuban ditandatangani setelah melalui proses negosiasi 28 jam nonsetop dan momentum ini sangat bersejarah, termasuk bagi Pertamina. Pertamina dan Rosneft yang berkomitmen tinggi untuk tidak menunda-nunda pelaksanaan setiap tahapan proyek sehingga kesepakatan pun dapat ditandatangani,” kata Hardadi, di Jakarta, Ahad (30/10).
Bukti konkretnya, lanjut dia, Pertamina dan Rosneft langsung menyetorkan deposit masing-masing 200 juta dolar AS sebagai milestone penting kerja sama kedua perusahaan di NGRR Tuban. Rosneft, katanya, juga telah menyepakati memberikan opsi kepada Pertamina berupa lapangan migas dengan tingkat produksi tidak kurang dari 30 ribu barel setara minyak dan dengan cadangan tidak kurang dari 200 juta barel setara minyak.
“Kesepakatan ini penting bagi Pertamina dan ketahanan energi nasional yang sangat membutuhkan tambahan produksi migas untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat,” ujar Hardadi menambahkan.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan berdasarkan JVA, komposisi kepemilikan saham pada perusahaan patungan ditetapkan masing-masing Rosneft 45 persen, Pertamin 55 persen. JVA juga mengatur mengenai manajemen perusahaan patungan, dan tata kelola, bahan baku, pemasaran dan offtake. Kemudian prinsip-prinsip pendanaan, SDM, standard clauses, dan langkah-langkah lebih lanjut untuk pelaksanaannya.
Para pihak sedang melaksanakan bankable feasibility study (BFS) proyek. Keputusan investasi akhir (FID) proyek tersebut akan dilakukan setelah hasil BFS, desain teknik dasar (BED) dan front end engineering design (FEED). Kapasitas desain pengolahan primer di GRR Tuban adalah 300 ribu barel per hari dengan kompleksitas kilang di atas 9 NCI (Nelson Complexity Index) dan karakteristik produk level Euro 5.
Bahan baku akan diperoleh dari minyak mentah impor dengan grade medium dan heavy. Pada proyek ini juga akan dibangun unit catalytic cracker berskala besar serta kompleks petrokimia. GRR Tuban juga didesain untuk dapat menerima VLCC supertanker dengan bobot mati hingga 300 ribu ton.
“Kami terus berupaya dengan kerja terbaik dan cepat untuk dapat merealisasikan proyek yang sangat positif bagi ketahanan energi nasional ini karena akan mengurangi ketergantungan terhadap produk BBM impor. Dengan dukungan kuat dari segenap stakeholder penting di tanah Air dan mitra, kami yakin target-target dari setiap tahapan dapat dilalui dengan baik,” kata Wianda.