REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemkab Purwakarta mendorong pelajar untuk membiasakan shalat sunah Dhuha setiap hari. Ajakan tersebut, tentunya berlaku bagi pelajar Muslim. Sedangkan, bagi pelajar non-muslim, bisa beribadah sesuai ajarannya.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, ajakan membiasakan shalat sunah Ddhuha ini, merupakan implementasi dari kebijakan pendidikan berkarakter. Kebijakan ini, telah digulirkan sejak 2008 silam. Membiasakan shalat sunah di pagi hari ini, diyakini mampu meningkatkan kadar spiritualitas para pelajar tersebut.
"Anak-anak di Purwakarta, sudah biasa masuk sekolah pukul 06.00 WIB. Jadi, sekarang mereka harus biasa shalat sunah Dhuha sebelum belajar," ujar Dedi, kepada Republika, Senin (31/10).
Menurut Dedi, untuk menunjang kegiatan ibadah ini, dirinya melarang siswa memakai alas kaki di ruang kelas. Tujuannya, supaya kebersihan ruangan itu tetap terjaga. Sehingga, lantai kelasnya bisa digunakan untuk melaksanakan shalat.
Selain shalat dhuha, para pelajar ini, juga didorong harus membiasakan diri mengaji Alquran (tadarus). Konsepnya, mereka masuk kelas pukul 06.00 WIB. Lalu, 15 menit dipergunakan untuk beres-beres kelas. Setelah ruangan kelas bersih dan wangi, mereka diajak untuk shalat Dhuha. Kemudian, dilanjutkan dengan membaca Alquran selama 15 menit. "Kegiatan ini, tentunya dibimbing oleh guru masing-masing," ujarnya.
Khusus mengenai ajakan shalat sunah Dhuha, Dedi mengakui, ingin mengajarkan sejak dini kepada anak-anak tentang pentingnya ibadah. Apalagi, shalat sunah ini diyakini mampu membukakan pintu rezeki. Dengan kebiasan sejak dini, maka kelak sampai dewasa ataupun tua, mereka akan terbiasa mendirikan shalat dua rakaat tersebut.
Haerul Anwar, pelajar kelas dua SDN 1 Cibatu, mengaku, sangat senang bisa menunaikan shalat sunah Dhuha bersama-sama di sekolah. Termasuk shalat berjamaah dengan gurunya. Karena itu, setiap hari sekolah, Haerul selalu membawa dua bekal. Yaitu, bekal makanan buatan ibunya serta perlengkapan shalat.