Senin 31 Oct 2016 17:16 WIB

PP Wanita Islam Undang Ormas Muslimah ke Muktamar XI Wanita Islam

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketum PP Wanita Islam (WI) Atifah Thaha (tengah), Ketua II PP Wanita Islam (WI) Siti Maryam Ahmad (kanan), dan Ketua Bidang Organisasi dan Kader PP Wanita Islam (WI) Marfuah menggelar konferensi pers tentang Muktamar XI Wanita Islam, Jakarta, Senin (31/10)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ketum PP Wanita Islam (WI) Atifah Thaha (tengah), Ketua II PP Wanita Islam (WI) Siti Maryam Ahmad (kanan), dan Ketua Bidang Organisasi dan Kader PP Wanita Islam (WI) Marfuah menggelar konferensi pers tentang Muktamar XI Wanita Islam, Jakarta, Senin (31/10)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meksi tak memiliki induk organisasi, Pengurus Pusat Wanita Islam mengundang organisasi Muslimah untuk hadir dalam Muktamar XI Wanita Islam. Selain karena pada dasarnya semua Muslimah adalah anggota Wanita Islam, banyak persoalan yang bisa dihadapi bersama.

Ketua II Pengurus Pusat Wanita Islam yang menangani Bidang Dakwah, Politik, dan Hukum, Maryam Ahmad, mengatakan, secara organisasi, semua Muslimah adalah anggota Wanita Islam. Karena itu, PP Wanita Islam mengundang semua ormas Muslimah untuk hadir dalam Muktamar XI Wanita Islam pada 3-7 November mendatang di Bandung.

Wanita Islam juga tergabung dalam Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI). Di daerah, ada pula anggota Wanita Islam yang juga ikut organisasi Muslimah lain ataupun organisasi Muslimah lokal.

''Intinya, Wanita Islam bekerja sama dengan organisasi Muslimah lain untuk sama-sama menghadapi persoalan bangsa,'' kata Maryam dalam konferensi pers persiapan Muktamar XI Wanita Islam di Kantor PP Wanita Islam, Senin (31/10).

Ketua Umum PP Wanita Islam Atifah Thaha menjelaskan, pengurus Wanita Indonesia sudah ada di 34 provinsi. Ada di antara anggota Wanita Islam yang juga anggota organisasi Muslimah lain. Tapi khusus untuk Ketua Umum, Wanita Islam tidak membolehkan rangkap jabatan sebagai ketua di organisasi atau lembaga lain seperti DPR.

Periode amanah kepengurusan Wanita Islam sejauh ini tidak ada batasan. Tapi, Wanita Islam menyepakati satu kepengurusan maksimal menjabat selama dua periode.

Wanita Islam adalah organisasi independen.

Organisasi ini didirikan Muslimah Masyumi pada 29 April 1962 di Yogyakarta setelah Masyumi yang membubarkan diri. Karena independen, Wanita Islam bebas bergerak tapi tidak plin plan dan memihak pada yang benar.

''PascaMasyumi bubar, kaum ibu juga kesal atas munculnya Nasakom. Ibu-ibu peduli soal itu apalagi Gerwani, Gestapun dan hal-hal merusak lainnya muncul. Wanita Islam tidak ingin ini berlanjut,'' kata Atifah.

Anggota Wanita Islam punya pasangan, besan, anak, mantu, cucu, dan sanak kerabat. Mereka diajak berpikir dengan nilai Wanita Islam. Hal itu, kata Atifah, bisa jadi terlihat ambisius, tapi itu harus dilakukan sebagai bagian menjaga nilai Islam.

Selain soal sosial, Wanita Islam juga bergerak di bidang ekonomi melalui Koperasi BMT serta aktif dalam dakwah dan pendidikan. ''Kami aktif menggerakkan majelis taklim, pendidikan formal dan non formal, serta edukasi seperti kesehatan dan pengembangan keterampilan,'' tutur Atifah.

Fuji Pratiwi

JAKARTA -- Meksi tak memiliki induk organisasi, Pengurus Pusat Wanita Islam mengundang organisasi Muslimah untuk hadir dalam Muktamar XI Wanita Islam. Selain karena pada dasarnya semua Muslimah adalah anggota Wanita Islam, banyak persoalan yang bisa dihadapi bersama.

Ketua II Pengurus Pusat Wanita Islam yang menangani Bidang Dakwah, Politik, dan Hukum, Maryam Ahmad, mengatakan, secara organisasi, semua Muslimah adalah anggota Wanita Islam. Karena itu, PP Wanita Islam mengundang semua ormas Muslimah untuk hadir dalam Muktamar XI Wanita Islam pada 3-7 November mendatang di Bandung.

Wanita Islam juga tergabung dalam Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI). Di daerah, ada pula anggota Wanita Islam yang juga ikut organisasi Muslimah lain ataupun organisasi Muslimah lokal.

''Intinya, Wanita Islam bekerja sama dengan organisasi Muslimah lain untuk sama-sama menghadapi persoalan bangsa,'' kata Maryam dalam konferensi pers persiapan Muktamar XI Wanita Islam di Kantor PP Wanita Islam, Senin (31/10).

Ketua Umum PP Wanita Islam Atifah Thaha menjelaskan, pengurus Wanita Indonesia sudah ada di 34 provinsi. Ada di antara anggota Wanita Islam yang juga anggota organisasi Muslimah lain. Tapi khusus untuk Ketua Umum, Wanita Islam tidak membolehkan rangkap jabatan sebagai ketua di organisasi atau lembaga lain seperti DPR.

Periode amanah kepengurusan Wanita Islam sejauh ini tidak ada batasan. Tapi, Wanita Islam menyepakati satu kepengurusan maksimal menjabat selama dua periode.

Wanita Islam adalah organisasi independen.

Organisasi ini didirikan Muslimah Masyumi pada 29 April 1962 di Yogyakarta setelah Masyumi yang membubarkan diri. Karena independen, Wanita Islam bebas bergerak tapi tidak plin plan dan memihak pada yang benar.

''PascaMasyumi bubar, kaum ibu juga kesal atas munculnya Nasakom. Ibu-ibu peduli soal itu apalagi Gerwani, Gestapun dan hal-hal merusak lainnya muncul. Wanita Islam tidak ingin ini berlanjut,'' kata Atifah.

Anggota Wanita Islam punya pasangan, besan, anak, mantu, cucu, dan sanak kerabat. Mereka diajak berpikir dengan nilai Wanita Islam. Hal itu, kata Atifah, bisa jadi terlihat ambisius, tapi itu harus dilakukan sebagai bagian menjaga nilai Islam.

Selain soal sosial, Wanita Islam juga bergerak di bidang ekonomi melalui Koperasi BMT serta aktif dalam dakwah dan pendidikan. ''Kami aktif menggerakkan majelis taklim, pendidikan formal dan non formal, serta edukasi seperti kesehatan dan pengembangan keterampilan,'' tutur Atifah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement