Selasa 01 Nov 2016 00:50 WIB

World Peace Forum Kembali Digelar di Jakarta

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Yudha Manggala P Putra
Humas Pelaksana World Peace Forum (WPF) Eddy Kuscahyanto, Ketua Steering Committee (SC) WPC Chusnul Mariyah, Ketua Panitia WPF Wachid Ridwan, Secretary SC Yayah Khisbiyah (dari kiri-kanan) menggelar konferensi pers World Peace Forum (WPF), Jakarta, Senin (
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Humas Pelaksana World Peace Forum (WPF) Eddy Kuscahyanto, Ketua Steering Committee (SC) WPC Chusnul Mariyah, Ketua Panitia WPF Wachid Ridwan, Secretary SC Yayah Khisbiyah (dari kiri-kanan) menggelar konferensi pers World Peace Forum (WPF), Jakarta, Senin (

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum) keenam akan diselenggarakan pada 1-4 November 2016 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarya. Kali ini, WPF mengangkat topik Countering Violent Extremism: Human Dignity, Global Unjustice and Collective Responsibility.

Ketua Organizing Committee (OC) WPF, Wachid Ridwan, mengungkapkan forum akan dibuka Presiden RI Joko Widodo dan ditutup Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Forum akan dihadiri 200 peserta dari lebih 50 negara, termasuk tokoh agama, penentu kebijakan, intelektual, politisi dan aktivis berbagai latar belakang ilmu dan prosesi.

"Ibu Megawati Soekarno Putri dijadawalkan akan menjadi keynote speaker," kata Wachid, Senin (31/10).

Ia menerangkan, forum akan dihadiri Tan Sri Lee Kim Yew dari Malaysia, mantan PM Timor Leste Xanana Gusmau, dan mantan Menteri Pertahanan Timor Leste Julio Tomas Pinto. Dari dalam negeri ada Menlu Retno Marsudi, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Mendikbud Muhadjir Effendi, dan Ketua DPR Ade Komaruddin.

Chairman World Peace Forum Din Syamsuddin menilai, saat ini situasi global masih banyak diwarnai ekstremisme kekerasan, dan fenomena ini cenderung menjadi topik utama baik di tingkat nasional maupun internasional. Kekerasan verbal dan fisik merupakan persoalan global yang perlu diselesaikan lewat aksi bersama, berkelanjutan dan dengan penuh arti.

"Untuk melawan ekstremisme kekerasan, mendekonstruksi ketidakadilan global, dan mempromosikan martabat manusia yang inklusif. Pemerintah harus menutup setiap celah ketidakadilan, dan menegakan hukum secara berkeadilan," ujar Din.

WPF merupakan kerja sama antara Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC), Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dan Cheng-Ho Multi-Culture Education Trust di Kuala Lumpur. Forum dua tahunan ini serukan kehidupan harmoni umat manusia, dengan dasar Satu Kemanusiaan, Satu Nasib, Satu Tanggung Jawab (One Humanity, One Destiny, One Responsibility).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement