Selasa 01 Nov 2016 04:30 WIB

Museum Ambarawa Tawarkan Keliling Naik Lokomotif Diesel

Lokomotif uap B 2503 yang menarik gerbong berisi para wisatawan melaju di perlintasan kereta api di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lokomotif berusia 114 tahun buatan Maschinenfabrik Esslingen (Belanda).
Foto: Antara
Lokomotif uap B 2503 yang menarik gerbong berisi para wisatawan melaju di perlintasan kereta api di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lokomotif berusia 114 tahun buatan Maschinenfabrik Esslingen (Belanda).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- PT Kereta Api Indonesia (KAI) menawarkan alternatif bagi pengunjung Museum Ambarawa yang ingin berkeliling, bukan dengan lokomotif uap, melainkan dengan lokomotif diesel.

"Selain lokomotif uap, Museum Ambarawa menyediakan kereta wisata menggunakan lokomotif diesel dari Ambarawa-Tuntang PP," kata Manager Museum Kereta Api PT KAI Eko Sri Mulyanto di Semarang, Senin (31/10).

Bedanya dengan lokomotif uap, lokomotif diesel hanya melayani perjalanan sampai Stasiun Tuntang, bukan ke Stasiun Jambu, sebab untuk menuju Stasiun Jambu harus menggunakan lokomotif khusus rel bergerigi.

Meski demikian, kata dia, pengunjung tetap bisa merasakan naik gerbong yang sama dengan yang ditarik lokomotif uap itu dengan tarif yang relatif terjangkau, yakni Rp 50 ribu per orang. "Kami hanya mengoperasikan lokomotif diesel ini khusus pada hari Minggu dan tanggal merah (hari raya). Kalau lokomotif uap kan tidak mengenal hari. Artinya, bisa disewa kapan saja," katanya.

Namun, untuk bisa merasakan perjalanan dengan lokomotif uap harus menyewa satu rangkaian kereta wisata berkapasitas 80 orang itu dengan tarif Rp 15 juta sekali jalan, yakni Ambarawa-Bedono PP.

Sementara itu, Kepala Stasiun Ambarawa Rahmayandi mengatakan kereta wisata dengan lokomotif diesel itu memiliki kapasitas lebih dengan menarik tiga gerbong, sementara loko uap hanya dua gerbong. "Ya, (lokomotif diesel) memang khusus hanya hari Minggu dan tanggal-tanggal merah. Namun, kami operasikan selama tiga kali dalam sehari, yakni pukul 10.00 WIB, 12.00 WIB, dan 14.00 WIB," katanya.

Ia mengakui pernah mencoba mengoperasikan kereta wisata dengan lokomotif diesel Ambarawa-Tuntang PP pada hari Sabtu sebanyak dua kali, namun ternyata tidak penuh dan akhirnya dihentikan.

"Ternyata ramainya hari Minggu dan hari-hari besar. Pengunjung museum ini kalau hari-hari biasa rata-rata 300 wisatawan/hari, namun kalau liburan bisa sampai 1.500 wisatawan," katanya.

Selain itu, Rahmayandi mengatakan pengunjung juga cukup membayar sesuai dengan jumlah tempat duduk yang dipesan, sebab jika lokomotif uap harus menyewa seluruh rangkaian sebesar Rp 15 juta.

"Hanya saja, tidak bisa melewati rel bergerigi yang ke Stasiun Jambu. Meski demikian, banyak animo wisatawan yang ingin merasakan kereta wisata ke Ambarawa-Tuntang ini," ujarnya. 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement