REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua MPR RI Zulkifli Hasan melihat kosa kata gaul "gagal paham" sekarang sedang marak terjadi di Indonesia. Fenomena gagal paham ini hampir merata terjadi di berbagai elemen masyarakat. Gagal paham ini, lanjut Zulkifli, muncul karena ada konflik dan permasalahan yang tidak diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
''Contoh banyak organisasi masyarakat yang terjadi dualisme kepengurusan dan mengakibatkan terjadinya organisasi kembar karena tidak ada yang mau mengalah, yang hasilnya banyak memunculkan gagal paham itu,'' katanya dalam acara Seminar Kemahasiswaan di aula Gedung Politeknik Manufaktur Negeri Bandung, Jawa Barat, Selasa (1/11).
Menurutnya masyarakat saat ini dalam menghadapi konflik dan permasalahan sering mengedepankan prinsip menang sendiri dan saling menghabisi. Padahal, Indonesia memiliki Pancasila dalam menghadapi masalah dan konflik, yakni sila ke-4 musyawarah untuk mencapai mufakat.
Karena itu, ia berpesan terutama kepada generasi muda, mereka sudah hafal Pancasila bahkan di luar kepala. Tapi yang paling penting adalah pelaksanaannya dan dijadikan perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
''Jangan hanya hafal Pancasila tapi tidak dipakai,'' ujarnya.
Tapi, lanjut Zulkifli, memang semua itu butuh keteladanan dari elit dan pejabat negara seperti para Menteri, Kepala Daerah dan lainnya. Elit tersebut diharapkan mengimplementasikan Pancasila dalam segala kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat.
Semuanya bertujuan untuk kesejahteraan rakyat secara menyeluruh, tanpa mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan. Melihat prinsip keteladanan, jika ada kepala daerah yang masih mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau memiliki cara berkomunikasi yang malah menimbulkan konflik, itu artinya tidak Pancasilais.
Acara seminar kemahasiswaan ini juga dihadiri perwakilan Menteri Ristekdik RI, Direktur Politeknik Manufaktur Bandung Prof. Isa Setiasyah Toha, para dekan dan dosen Polman Bandung.