REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Korea Utara (Korut) diyakini sedang mempersiapkan peluncuran rudal balistik jarak menengah. Dua pejabat Amerika Serikat (AS) memperkirakan persiapan dilakukan untuk tiga hari ke depan.
Negara yang terisolasi itu disebut merencakan peluncuran antara 24 hingga 72 jam dengan menggunakan jaringan kabel. Dengan demikian, hal ini merupakan rangkaian baru peluncuran rudal dan program nuklir yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
PBB telah memberi sejumlah sanksi internasional untuk program rudal dan nuklir yang dilakukan Korut. Salah satu uji coba rudal yang terakhir dilakukan negara tersebut adalah pada 20 Oktober lalu.
Dalam uji coba terakhir itu, negara yang dipimpin Kim Jong Un tersebut diyakini meluncurkan tes untuk rudal jarak menengah jenis Musudan. Namun, peluncuran itu dikatakan oleh militer AS dan Korea Selatan (Korsel) gagal.
Selama tujuh bulan terakhir, Korut telah meluncurkan senjata nuklir dengan berbagai desain. Rudal yang dapat ditembakkan dari peluncur bergerak yang disebut dapat mencapai jarak 3.000 kilometer atau 1.800 mil.
Dalam sebuah studi yang dilakukan di AS, rudal dan tes nuklir Korut dilakukan sebagai sebuah provokasi. Hal ini khususnya untuk memicu ketengangan menjelang pemilu di Negeri Paman Sam itu.
Korut pertama kalinya melakukan uji coba nuklir pada 2006. Namun, sejak awal tahun ini serangkaian tes terus dilakukan, hingga yang terbesar dan disebut sukses dilakukan pada 9 September lalu.