Rabu 02 Nov 2016 15:12 WIB

Delapan Poin SBY Soal Tudingan Bekingi Demo 4 November

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ilham
Presiden RI keenam yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan pemaparan saat menggelar jumpa pers di kediamannya, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/11).
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Presiden RI keenam yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan pemaparan saat menggelar jumpa pers di kediamannya, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan pernyataan seputar munculnya tuduhan yang mengatakan dia berada di balik aksi demonstrasi pada 4 November. Menurut dia, tuduhan tersebut tidak benar, fitnah, dan penghinaan.

Pada Rabu (2/11) pagi jelang siang, awak media pun diundang untuk mendengar jawaban SBY terhadap tuduhan tersebut. Paparan SBY berlangsung hampir satu jam sekaligus untuk menjelaskan berbagai persoalan yang tengah melanda bangsa ini.

Pertama, SBY mengingatkan agar tidak ada kecurigaan terhadap pertemuan politik yang dilakukan pihak-pihak di luar pemerintahan. Kedua, ia mengingatkan agar informasi yang dikeluarkan intelijen itu akurat, tidak mengarang, dan tidak asal main tuduh. "Saya kira bukan intelijen seperti itu yang harus hadir di negeri ini," ujar dia di kediamannya di Cikeas, Bogor, Rabu (2/11).

Ketiga, SBY menjelaskan intelijen dalam masa kepemimpinannya sebagai presiden tidak mudah melaporkan sesuatu yang tidak akurat kepada dia. Ia juga mengungkit keadaan negara di era kepemimpinannya bahwa polisi dan aparat keamanan tidak main tangkap dan main tembak.

Keempat, SBY mengaku selama ini tidak mudah menyampaikan tuduhan kepada siapapun. Misalnya, terkait adanya orang besar yang mendanai aksi unjuk rasa dan menggerakan massa di zamannya. Kelima, kalau ada anggapan yang mengatakan bahwa SBY berada di balik aksi demonstrasi 4 November, itu fitnah.

"Menuduh seseorang, kalangan, menuduh parpol, pertama itu fitnah. Fitnah lebih kejam dari pembunuhan, I tell you. Jika ada informasi atau analisis intelijen seperti itu, saya kira berbahaya," ujar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement