REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Josep Pep Guardiola akhirnya membalas kekalahan anak asuhnya, Manchester City, Rabu (2/11) dini hari. Pada pertemuan pertama di Camp Nou, markas Barcelona, City dibantai Blaugrana dengan skor 0-4. Namun, pertemuan kedua di Stadion Etihad, the Citizen mampu memecundangi Lionel Messi dan kawan-kawan dengan skor 3-1.
Laga berjalan seperti kembali menjadi milik Barca saat Messi berhasil mencetak gol menit ke-21. Messi berhasil lolos dari kepungan permain bertahan City dan mengecoh kiper kedua Caballero dengan tendangan mengarah secara mendatar.
Namun, Pep tetap tenang meskipun Tim Katalan asyik bermain dengan gaya Tiki-Taka seperti yang diajarkannya dulu. City terlihat lebih banyak bertahan dengan sesekali mengatur serangan balik. Sebab, hingga menit ke-30 City benar-benar tertekan dengan gaya permainan anak asuh Luis Enrique.
Hal itu juga diakui Pep, timnya menunjukan level yang tidak pantas melawan tim terbaik dunia. “Kalau berbicara 30 menit pertama, kami tidak kompeten untuk melawan tim terbaik,” tutur Pep Guardiola dikutip dari laman resmi Manchester City, Rabu (2/11).
Perlahan tapi pasti, skuat Manchester Biru menemukan permainan terbaiknya. Meskipun kalah dari penguasaan bola, dengan hanya 35 persen penguasaan, City mampu menyamakan kedudukan pada menit ke-39 melalui gelandang Ilkay Guendogan. Gol pemain asal Jerman menunjukkan sentuhan Tiki-Taka yang jadi filosofi sepakbola Pep mulai menjadi gaya bermain klub yang bermarkas di Kota Manchester ini.
Bahkan, City akhirnya mampu berbalik unggul dengan mencetak dua gol lagi dari eksekusi tendangan bebas Kevin de Bruyne menit ke-51 dan gol kedua Guendogan pada menit ke-74. Tiga gol pembalasan skuat Manchester City tak mampu diperkecil Barca. Mereka harus mengakui Pep memang lihai membaca permainan lawan. Kekalahan pertama menjadi semacam data yang digunakan Pep untuk meracik strategi untuk mengalahkan Barca di pertemuan kedua.
Hal serupa juga pernah terjadi saat Pep menangani Bayern Muenchen. Saat itu, Pep dan Barca bertemu di Liga Champion Eropa. Pertemuan pertama terjadi pada 7 Mei 2015 di Camp Nou. Barcelona juga mampu membantai pasukan baru Pep dengan skor 3-0. Namun, di pertemuan kedua di markas Muenchen, pelatih asal Spanyol mengubah strategi dengan menerapkan formasi klasik 4-4-2. Hasilnya, Muenchen menang 3-2 dari mantan anak asuhnya saat mengarsiteki Barcelona.
Pep mengakui melakukan perubahan pada laga kedua ini dibanding saat pertemuan pertama mereka di Barcelona. Strategi berbeda ini membutuhkan kekuatan dan kecepatan penyerang Sergio Aguero di lini depan. Pep memang masih menggunakan formasi 4-5-1 sama seperti saat mereka kalah. Namun, kali ini, formasi dengan lima gelandang dibuat lebih bermain melebar, tidak terpusat di tengah lapangan.
Pep tidak ingin mengulangi kesalahan dengan lebih banyak mengontrol pertandingan seperti di Camp Nou. Pep ingin seluruh pemainnya bermain efektif dengan aliran bola yang panjang. Posisi Aguero sangat vital dengan pola serangan seperti ini.
Sebab itu, saat bertandang ke Barca, Aguero tidak dimainkan. “Hanya satu pertandingan yang tidak dia mainkan di Barcelona, karena di Camp Nou, saya ingin lebih mengontrol pertandingan dibanding di sini (Manchester),” ujar Pep menjelaskan.