REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi menyebutkan populasi trenggiling di provinsi itu terus berkurang. Itu disebabkan perburuan liar dalam beberapa tahun terakhir.
"Menurunnya populasi itu karena gencarnya perburuan trenggiling, menyusul tingginya harga jual dipasaran internasional terhadap binatang tersebut," kata Staf BKSDA Jambi Krismanko di Jambi, Kamis (3/11).
Dalam sepekan terakhir ini pihak kepolisian Polda Jambi telah berhasil mengungkap perdagangan ribuan ekor trenggiling asal daerah itu.
Pihak BKSDA Jambi mengapresiasi Kepolisian yang berhasil dalam mengungkap kasus penyelundupan satwa dilindungi tersebut terutama 35 ekor trenggiling hidup yang didapat polisi saat razia yang akan dibawa ke Kota Medan, Sumatera Utara.
BKSDA Jambi menyebutkan selama 2016 sudah terjadi sembilan kasus perdagangan gelap satwa liar yang dilindungi termasuk trenggiling.
Pada 5 Maret lalu, kepolisian Bungo berhasil mengungkap satu offset harimau, kemudian 9 April, Kepolisian Tebo mengungkap perdagangan gading gajah. pada 29 April pengungkapan kulit harimau yang dibawa warga Jambi dan tertangkap di Riau.
Selanjutnya, pada 20 Mei berhasil diungungkap perdagangan gading gajah oleh warga Jambi di wilayah Pekanbaru. Lalu, 20 Agustus pengungkapan hewan langka di Persijam, Kota Jambi dan kemudian 29 Agustus 2016, satu kulit harimau kembali diungkap di perbatasan Jambi- Riau.
"Untuk trenggiling sudah tiga kasus selama 2016 ini. Pertama pada 2 Juni, Polres Tanjab Timur tangkap pelaku penjual trenggiling, kemudian di Batanghari dan Polsek Telanaipura beberapa hari lalu yang jumlahnya bisa mencapa ribuan ekor," kata Krismanko.