REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan dirgantara, pertahanan dan keamanan asal Italia Leonardo-Finmeccanica memburu peluang untuk meningkatkan penjualan produk helikopternya di Indonesia.
Kepala Divisi Helikopter Leonardo Lorenzo Pariani di Indo Defence mengatakan jika Indonesia menawarkan pasar yang dinamis untuk kebutuhan sipil dan militer bagi produk-produk Leonardo. "Indonesia adalah negara kepulauan yang besar. Kalian memiliki kebutuhan yang spesifik yang bisa kita kembangkan bersama," kata Pariani di Jakarta, Kamis (3/11).
Pada akhir 2015, Leonardo menyerahkan pesanan helikopter AW139 kepada Basarnas yang akan digunakan untuk misi kemanusiaan dan penyelamatan. Basarnas adalah pelanggan pertama Leonardo dari sisi pemerintah Indonesia.
"Ini adalah pemanasan yang bagus karena kami ingin menjual lebih banyak helikopter di Indonesia," kata Pariani.
Sementara itu, TNI Angkatan Udara juga telah memilih varian helikopter multifungsi AW101 produksi Leonardo yang diproyeksikan untuk menjalankan misi sebagai helikopter angkut berat yang akan meningkatkan mobilitas pasukan maupun logistik.
Sejumlah perusahaan swasta juga telah menggunakan helikopter buatan Leonardo seperti Susi Air dengan AW109 dan AW119 yang mampu membawa 7 penumpang serta Travira Air yang memilih AW139 dengan daya angkut 15 penumpang. "Kami juga siap untuk melakukan kerja sama transfer teknologi dengan Indonesia," kata Pariani.
Leonardo telah menjual lebih dari 1.000 unit helikopter berbagai varian secara global. Sementara itu, Wakil Presiden Pengembangan Pasar dan Bisnis sekaligus Kepala Regional Asia Tenggara Leonardo, Bruno Bertella mengatakan jika Leonardo dan TNI telah menjalin kerja sama lebih dari 20 tahun di bidang pertahanan.
Leonardo telah menyediakan militer Indonesia dengan berbagai sistem pertahanan seperti sistem pertahanan elektronik, torpedo, dan meriam kapal dari berbagai kaliber. "Kami berharap bisa memasang torpedo kelas berat untuk kapal TNI AL yang baru saja selesai dibuat di Korea Selatan," kata Bertella.
Indo Defence Expo dan Forum berlangsung dari 2-5 November 2016 dan diikuti 844 perusahaan internasional dan domestik.
Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu berharap jika pameran pertahanan terbesar di Indonesia tersebut akan meningkatkan tidak hanya sektor pertahanan nasional namun juga sektor ekonomi dan perkembangan penelitian dan teknologi.