REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga negara Amerika Serikat di seantero Negeri Paman Sam terus mempersiapkan diri menyambut pemilihan presiden 8 November 2016. Seperti diketahui, terdapat dua kandidat yang bertarung memperebutkan suara pemilih, yaitu capres dari Partai Republik Donald Trump dan capres dari Partai Demokrat Hillary Clinton.
Sebagai bagian dari warga AS, pelaksana tugas Duta Besar AS untuk Indonesia Brian McFeeters mengatakan, dia tidak bisa menyampaikan opini pribadi ihwal calon presiden terbaik bagi negaranya. "Sebagai orang Kedutaan Besar Amerika Serikat, saya harus menyimpan opini saya mengenai mereka," katanya di Jakarta, Kamis, (3/11).
Setiap pemilih, ujar McFeeters, memiliki opini masing-masing mengenai Trump maupun Hillary. Mereka boleh memilih siapa saja yang kira-kira cocok sebagai pemimpin mereka.
Dalam kesempatan itu, McFeeters mengatakan, masyarakat dunia, termasuk Indonesia, tidak perlu mengkhawatirkan imbas pilpres AS. "Saya pastikan tidak akan ada larangan bagi penganut agama tertentu untuk berkunjung ke Amerika."
Warga AS, lanjut dia, juga tak akan menolak seseorang hanya karena memiliki agama tertentu. Jika itu terjadi, maka telah terjadi perlawanan terhadap konstitusi negara dan nilai-nilai yang dianut.
McFeeters pun memastikan pilpres AS akan berlangsung bebas dan adil serta transparan. Apalagi, pemilihan presiden di AS akan diawasi oleh organisasi-organisasi internasional.
Pilpres AS bisa dilakukan secara langsung dengan mendatangi tempat pemilihan. Namun, penyampaikan hak suara juga bisa dilakukan secara daring melalui surat elektronik bagi warga negara Amerika yang sedang di luar negeri.
Atase Pers Kedubes AS di Indonesia John Johnson mengatakan, pilpres secara daring melalui surat elektronik akan berlangsung dengan aman. Sebab, pemerintah AS sangat mengutamakan keamanan elektronik.
Johnson meyakini tak akan ada pembajakan dalam pilpres secara daring. "Karena kami punya penjaga keamanan elektronik yang kuat."