REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tak kurang dari 200 ribu-an massa diperkirakan akan mengikuti aksi massa menuntut proses hukum Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, atas dugaan penistaan terhadap agama, besok, Jumat (3/11) di Jakarta.
Apa gerangan yang membuat Muslim dari berbagai daerah itu rela meninggalkan kampung halaman mereka bahkan siap menginap di Masjid Istiqlal Jakarta?
Menurut Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis, mereka bukan hanya karena dorongan berunjuk rasa menuntut Ahok diadili, tetapi, yang membuat mereka rela meninggalkan anak, istri, dan pekerjaan demi panggilan hati membela Alquran.
“Itulah mukjizat Alquran sehingga dapat menggerakkan hati seantero Nusantara,” katanya kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (3/11).
Penyabet gelar Phd dari universitas ternama di Malaysia ini, mengatakan demonstrasi memang dijamin oleh undang-undang sebagai hak rakyat Indonesia menyampaikan aspirasi dan pendapatnya di depan umum.
“Tak boleh ada yang mencemohnya apalagi melarangnya,” katanya.
Namun, kata Cholil, yang perlu diingatkan dan ia percaya itu, umat Islam harus melakukannya dengan cara yg berakhlak dan santun. Tuntutan penegakan hukum harus dilakukan dengan taat hukum.
“Saya berharap jumlah yang demonstran yang besar itu tak membuat rusak lingkungan apalagi bangunan,” ujarnya.
Menurut Cholil, umat yang bergerak ini tulus dan karena kepeduliannya menegakkan keadilan. Pemerintah dan aparat penegak hukum hendaknya sensitif terhadap aspirasi umat.
Proses penegakan hukum perlu lebih dipercepat dan dikomunikasikan kepada umat dengan baik sehingga tidak muncul kecurigaan adanya perlakuan istimewa di depan hukum yang penuh ketidakadilan.
Cholil optimistik para demonstran akan tertib dan damai, aparat yang mengawalnya dengan baik juga cerdas dan masyarakat merasa aman dan tenang dalam melakukan ativitas sehari-hari sebagaimana mestinya.