Jumat 04 Nov 2016 13:41 WIB

Kenakan Topeng Kulit Hitam Saat Halloween, Profesor di AS Terancam Dilengserkan

Rep: Kabul Astuti/ Red: Agus Yulianto
Parade Halloween di New York
Foto: AP Photo/Tina Fineberg
Parade Halloween di New York

REPUBLIKA.CO.ID, EUGENE -- Seorang profesor hukum senior dituntut untuk mengundurkan diri dari jabatannya di Universitas Oregon setelah dirinya mengenakan topeng kulit hitam untuk Halloween. Penggunaan topeng kulit hitam, bahkan untuk bercanda di sebuah pesta Halloween, dinilai telah terang-terangan menyinggung dan memperkuat stereotipe historis rasis.

Dekan Fakultas Hukum Michael Moffitt mengatakan, profesor yang tak disebutkan identitasnya ini telah dikenai cuti administratif sambil menunggu selesainya penyelidikan.

"Penggunaan topeng kulit hitam, bahkan untuk bercanda di sebuah pesta Halloween, terang-terangan menyinggung dan memperkuat stereotipe historis rasis. Ini adalah tindakan bodoh dan sama sekali tidak dapat dipertahankan," tulis Presiden Universitas Michael Schill dalam email yang dia kirim kepada para siswa, dilansir dari Associated Press, Jumat (4/11).

Salah satu siswa, Opal Farrel, mengatakan, mahasiswa berbagai fakultas membahas insiden tersebut di semua kelas pada Rabu (2/3). Ia menyatakan, bahwa universitas harus benar-benar melepaskan gelar profesor yang bersangkutan. Para siswa memiliki hak untuk tahu dan hak untuk tidak mengambil kelas dari profesor ini.

"Orang-orang marah. Profesor marah. Siswa pada umumnya marah," kata Opal Farrell. Perkumpulan Siswa Kulit Hitam (Black Student Union) di universitas tersebut sedang merencanakan pertemuan untuk membahas tanggapan.

Saksi yang melihat profesor itu mengatakan, sang profesor berpakaian seperti tokoh dalam "Black Man in a White Coat: A Doctor's Reflections on Race and Medicine," otobiografi terbaru oleh Dr. Damon Tweedy yang menceritakan rasisme yang ia temui di sekolah kedokteran.

Dalam emailnya kepada para siswa, Schill mengatakan, profesor tersebut telah meminta maaf atas keputusan tersebut. Ia mengaku, menyesal sudah mengenakan kostum yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap anggota komunitas universitas.

"Kejadian ini membuat kita lebih bertekad untuk memastikan bahwa tidak ada anggota komunitas Universitas Oregon yang merasa terisolasi atau terasing di kampus ini sebagai akibat dari perilaku rasis, baik disengaja maupun tidak disengaja," tulis Schill dalam email.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement