REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teater Koma kembali mempersembahkan lakon berjudul Opera Kecoa. Produksi ke-146 ini mengangkat kisah tentang orang kecil yang menghadapi kenyataan hidup begitu keras.
Masalah kaum minoritas yang terhimpit di sela-sela gedung dan bangunan megah tetap saja mudah ditemui saat ini. Kesenjangan sosial dan keberpihakan masih saja terlihat dan mengancam.
Lakon ini pertama kali dipentaskan 31 tahun lalu yakni pada 1985 dan pernah dipentaskan ulang pada 2003. Pemilihan Opera Kecoa untuk pementasan kali ini, diakui sutradara Teater Koma Nano Riantiarno, merupakan bentuk masalah yang ternyata tidak berubah dari dulu.
"Ketika kami mementaskan Semar Gugat itu enggak diubah sama sekali karena keadaan yang sama. Ini juga tidak diubah juga," ujar Nano.
Mulai dari set panggung, musik, dan jalan cerita akan dipertunjukan sama dengan pementasan pada 1985. Hanya saja, beberapa orang yang terlibat memang baru, namun tidak melupakan esensi yang ada. Seperti tetap menggunakan komposisi musik karangan Harry Roesli meski pun penata musik diserahkan pada Fero A Stefanus.
Pementasan ini akan diselenggarakan mulai 10 hingga 20 Noveber 2016 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Harga tiket mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 400 ribu yang bisa dipesan melalui situs Teater Koma dan www.blibli.com.