REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi damai sejuta umat bertajuk Bela Islam Jilid 2 pada Jumat (4/11) dinodai segelintir oknum provokator. Bentrokan pun tidak bisa dihindari. Aparat kepolisian mulai melempar dengan gas air mata.
Salah satu tim medis yang berada di lapangan berasal dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Sejak pukul 09.00 WIB pagi, tim BSMI menyiapkan beberapa posko kesehatan seperti di Masjid Istiqlal, posko bergerak dan posko di Museum Nasional yang terletak persis di depan Patung Gajah. Tim relawan di posko museum nasional ini dibagi lagi menjadi tim kecil yang bertugas untuk mengantar suplai oxigen.
Relawan BSMI angkatan 2016, Agus Setiawan, mengungkapkan, pada mulanya, dia diminta untuk mengantar oxigen ke Mabes TNI karena ada korban yang membutuhkan. Menjelang sore, bersama dengan dua dokter, dua perawat dan seorang relawan, Agus pun harus memintas jalan ke area ring 1 yang ditamengi barikade polisi.
Beruntung, Agus dan tim berhasil menembus pagar brigade tersebut dengan alasan medis. Hanya, situasi yang sudah sangat padat dan sibuk membuat Agus tak berhasil memiliki akses jalan untuk ke Mabes TNI. "Jadi memang istana sudah terkepung dibagian depan dari segala sisi hanya tesisa wilayah clear di ring 1 ini yang terbuka dan aman,"ujarnya, Sabtu (5/11).
Tim menyempatkan diri untuk Sholat Maghrib berjamaah di depan mobil mobil truk TNI yang berjajar. Setelah sholat, mereka diminta untuk kembali ke posko utama karena waktu yang ditentukan mulai habis. "Namun kondisi selepas magrib itu berbeda dengan sebelum maghrib, suasananya sudah memanas dan akses jalan sudah rapat, sehingga sulit untuk ditembus."
Sekitar pukul 18.40 WIB, tim dimintai menolong seorang wartawan yang terluka akibat luka sobek karena terkena sesuatu di pos polisi depan istana. Tim juga menangani dua orang aparat yang terluka.
Selepas itu, Agus mengaku melihat para ulama dan ustaz yang sejak tadi bernegosisasi keluar dari dalam istana. Disusul oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Hanya berselang beberapa menit, mulai terjadi pelemparan batu yang berasal dari arah peserta. Meski tidak bisa memastikan siapa yang melempar batu tersebut, Agus menjelaskan, bentrokan terjadi kembali selepas Isya.
"Beberapa dari polisi terluka dan ditarik kebelakang, Posisi bentrokan berada pada sisi kanan kami berada, dimana pada barisan itu adalah massa Sedangkan di barisan kiri yang sejajar dengan monas disana adalah massa dari podium para ustadz dan ulama yang sedang bersholawat, pada sisi ini tidak ada aktivitas bentrokan dan relative lebih tenang dan kondusif."
Di posko Museum Nasional, tim relawan BSMI pun melayani puluhan korban. Para dokter, perawat dan relawan harus menangani pengunjuk rasa yang terkena dampak dari gas air mata. Rata-rata korban menderita sesak napas dan gangguan mata. Tak hanya itu, Sekretaris Jenderal BSMI Muhammad Rudi menjelaskan, ada satu korban yang mengaku terkena serempetan peluru karet. "Dia ngakunya kena serempet peluru karet di leher,"kata dia.
Tak lama berselang, tim dari ring 1 pun berhasil menerobos barikade polisi untuk menuju ke posko monumen nasional. Pada pukul 21.00 WIB, posko BSMI membubarkan diri.