Ahad 06 Nov 2016 05:59 WIB

Tokoh Tionghoa: Pelawak Saja Diterima di Istana, Ini Umat Islam tidak Dilayani

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Angga Indrawan
Umat muslim bersiap melakukan aksi demonstrasi didepan masjid istiqlal, Jakarta, Jumat (4/11).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Umat muslim bersiap melakukan aksi demonstrasi didepan masjid istiqlal, Jakarta, Jumat (4/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Komunitas Tionghoa Antikorupsi (Komtak), Lieus Sungkharisma, menilai kasus dugaan penistaan agama yang melilit Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat ini dapat merusak citra Indonesia sebagai negara Pancasila. Namun, dia melihat persoalan tersebut justru tidak mendapat perhatian yang serius dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) selaku kepala negara.

“Saya betul-betul menyesalkan sikap Jokowi yang kurang sensitif dalam melihat persoalan yang terjadi,” kata Lieus kepada Republika.co.id, Sabtu (5/11).

Dia pun menyayangkan sikap tak negarawan Jokowi yang terkesan menghindar menemui perwakilan demonstran di Istana Negara, Jumat (4/11) lalu. Menurut Lieus, Jokowi seharusnya bisa memahami betapa seriusnya kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok, karena berpotensi merusak keutuhan bangsa.

“Pelawak aja diterima sama presiden di istana. Ini yang datang umat Islam dari seluruh Indonesia yang marah karena agamanya dihina, tapi malah tidak dilayani oleh presiden. Enggak bener ini Jokowi,” ucapnya.

Lieus menuturkan, umat Islam di Indonesia sudah begitu sabar menunggu kepastian hukum atas masalah dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok. Sayangnya, aparat penegak hukum malah terkesan lamban mengusut kasus tersebut.

“Jangan karena si Ahok sekarang ini sedang jadi gubernur, lalu dia mendapat perlakuan istimewa. Siapa pun yang salah, hukum tetap harus ditegakkan,” ujarnya.

Jokowi sebelumnya lebih memilih mengunjungi Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, daripada menemui perwakilan demonstran Muslim yang melakukan aksi damai di depan Istana Negara, Jumat (4/11). Hingga selepas Magrib, mantan wali kota Solo itu tidak juga menunjukkan batang hidungnya di hadapan perwakilan pengunjuk rasa.

Kehadiran Jokowi di Istana Negara baru diketahui publik setelah massa demonstran bubar, lewat siaran di sejumlah stasiun televisi, menjelang tengah malam. Pemerintah berdalih Jokowi tidak bisa menemui demonstran hari itu karena sulitnya akses menuju kantornya yang berada di Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. 

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, Jokowi saat di bandara telah meminta untuk kembali ke Istana Negara. “Tapi aksesnya susah,” kata politikus PDI Perjuangan itu.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement