Ahad 06 Nov 2016 18:59 WIB

API Sebut Harga Tinggi Penyebab Lambatnya Pengembangan Geothermal

Rep: Frederikus Bata/ Red: Nidia Zuraya
Pembangkit listrik panas bumi
Pembangkit listrik panas bumi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Energi Panas Bumi sudah berkembang sejak 1982 di Indonesia. Namun dalam 34 tahun kapasitas pembangkit listrik energi listrik panas bumi (geothermal) baru mencapai 1.500 megawatt (MW).

Ketua Asosiasi Panasbumi Indonesia, Abadi Purnomo menilai harga menjadi salah satu penyebab perlambatan tersebut. PLN sebagai pembeli tunggal menurut dia terbiasa memakai pembangkit dengan tenaga fosil. "Itu karena era 1980-an hingga 1990-an PLN dibuai oleh harga minyak yang murah," ujar Abadi di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Ahad (11/6).

Kemudian, lanjut dia, muncul pada kondisi dimana mulai mengandalkan batubara. Untuk mengoperasikan pembangkit listrik batubara, ia menyebut nilai harga sebesar 6-7 sen per KWH. Sementara Geothermal di atas 10 sen per KWH.

"sebagai korporasi, dia ambil yang paling murah," ujar Yunus.

Kondisi tersebut membuat pengembangan pembangkit listrik energi panas bumi melamban. PLN sebagai pembeli tunggal cenderung memilih yang lebih ekonomis. 

"Kita jangan lupa, dengan kondisi lingkungan kita makin buruk," tuturnya.

Cina, kata Abadi, mulai mengurangi impor batubara dari tanah air sehingga pasar batu bara Indonesia potensinya tetap besar. "Ini menjadi ganjalan utama bagaimana mengembangkan EBT, terutam energi panas bumi," tutur Abadi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement