Senin 07 Nov 2016 15:43 WIB

JK Sebut Indonesia Tahan Lebih dari 900 Anggota Teroris

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nur Aini
Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah) berjabat tangan dengan Presiden Interpol, Mireille Ballestrazzi (kedua kiri) disaksikan Sekjen Interpol Jurgen Stock (kiri), Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian (kedua kanan) dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika (kanan)
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah) berjabat tangan dengan Presiden Interpol, Mireille Ballestrazzi (kedua kiri) disaksikan Sekjen Interpol Jurgen Stock (kiri), Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian (kedua kanan) dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menekankan pentingnya kerja sama antarnegara anggota Interpol dalam menanggulangi tindakan terorisme yang kini telah menyebar di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, kata JK, pemerintah telah menahan lebih dari 900 anggota teroris.

Para kelompok teroris dan radikal ini, kata dia, juga telah memanfaatkan peran perkembangan teknologi dan informasi dalam menjalankan aksinya. Hal itu seperti akses internet sebagai alat komunikasi serta menjadi media penyebaran propaganda dan paham radikalisme mereka.

"Perkembangan informasi dan teknologi komunikasi serta akses yang mudah terhadap internet telah membuat penyebaran propaganda, paham radikalisme dan ekstrimisme kekerasan menjadi lebih cepat... Pelaksanaan internet yang dilakukan oleh banyak kelompok teroris cukup banyak walaupun Indonesia telah menahan lebih 900 teroris," kata JK saat meresmikan pembukaan sidang umum interpol ke-85 di Nusa Dua, Bali, Senin (7/11).

Karena itu, di depan para delegasi negara anggota Interpol, JK pun mendorong peningkatan kerja sama penanggulangan terorisme antarnegara. Peningkatan kerja sama ini, kata dia, harus lebih menekankan pada bidang informasi intelijen sehingga dapat membantu negara lain dalam mengungkap jaringan terorisme baik secara nasional maupun global. Selain itu, kerja sama ini juga penting dilakukan untuk mengatasi kejahatan di dunia maya atau cybercrime.

Selama ini, Indonesia juga telah bekerja sama dengan berbagai negara untuk memberantas berbagai tindakan terorisme. Berbagi ilmu pengetahuan, pengalaman, serta transfer teknologi antar negara dapat membantu mendeteksi jaringan terorisme yang ada. Menurut JK, kepolisian Indonesia pun juga telah mendapatkan berbagai pengakuan dari berbagai negara atas keberhasilannya dalam mengatasi tindakan terorisme. Kendati demikian, ia juga mengaku belum semua tindakan terorisme dapat dicegah.

Selain kerja sama antar negara anggota Interpol, JK juga mengatakan pentingnya mengembangkan kapasitas para penegak hukum. Sehingga dapat memaksimalkan peran mereka dalam menciptakan perdamaian dan keamanan.

JK pun menawarkan para delegasi negara anggota Interpol untuk memanfaatkan lembaga Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation di Semarang, Jawa Tengah untuk mengembangkan kapasitas para penegak hukum. "Indonesia juga menawarkan kerja sama karena kita pelatihan di Semarang itu punya kualitas ketiga terbagus," kata dia.

JK menyampaikan Indonesia siap bekerja sama menyebarkan nilai-nilai toleransi untuk mencegah terorisme. Indonesia juga berkomitmen mendorong pencegahan terorisme melalui pendekatan budaya dan agama serta melalui pendekatan soft power.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement