REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Survei menunjukkan hampir dua pertiga orang yang tinggal di Swiss tidak berpikir Islam harus diakui sebagai agama resmi. Angka itu memiliki proporsi yang sama dan meyakini tidak ada tempat bagi Islam di Swiss.
Dilansir dari Swiss Info, Senin (7/11), 61 persen dari 15.617 responden mengatakan, tidak atau mungkin tidak soal haruskah Islam diberikan status resmi seperti Kristen dan Yahudi. Laporan itu diterbitkan Swiss News Agency, dan menjadi survei perwakilan yang dilakukan penerbit Tamedia.
Dipublikasikan di Le Matin Dimanche dan Sonntags Zeitung, dari mereka yang terbuka untuk Islam menjadi agama resmi ketiga, 19 persen mengatakan ya dan 20 persen mungkin ya. Sayangnya, 80 persen berpikir nilai-nilai Kristen sudah menjadi bagian dari identitas Swiss dan menolak kehadiran Islam.
Pada Agustus lalu, Presiden Partai Demokrat Sosial Christian Levrat, yang merupakan sayap kiri meminta untuk digelar diskusi tentang status Islam di Swiss. Hal itu bertujuan agar Swiss tidak perlu mengabaikan pelatihan dan pembiayaan imam ke lingkaran asing dan mungkin menjadi fundamental.
"Kami harus berpikir apakah kita ingin mengakui Islam sebagai agama resmi," kata Levrat.
Survei dilakukan usai imam di masjid utara Zurich jadi subyek penyelidikan kriminal, yang diduga menghasut kekerasan. Menurut statistik, lima persen warga Swiss yang berusia di atas 15 tahun beragama Islam, 38 persen Katolik Roma, 26,2 Protestan, 22,2 persen tidak terikat agama, dan 0,25 persen Yahudi.