REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buni Yani merasa dirinya telah diseret ke dalam agenda para elite politik. Buni memberikan keterangan tersebut saat ditemui di konferensi pers Himpunan Advokat Muda Indonesia (HIMA) di Wisma Kodel, Jakarta, Senin (7/11).
"Jangan orang seperti saya yang bergerak di bidang pendidikan, ikut diseret-seret dalam agenda politik. Saya dikorbankan, itu zalim namanya," ujarnya.
Dalam acara itu, Buni mengklarifikasi terkait tuduhan memotong dan mengedit dengan menghilangkan kata "pakai" pada video kunjungan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Buni menjelaskan empat hal terkait hal tersebut.
Pertama, Buni bukanlah orang yang pertama mengunggah video tersebut. Buni mendapatkan video tersebut sudah terpotong dengan durasi 31 detik di mediankri. Kedua, dia dituduh memotong durasi video dari 1 jam 41 menit menjadi 31 detik. Buni menjelaskan, dia tidak memiliki kemampuan editing video, tidak memiliki alat editing video.
Ketiga, dia tidak memiliki waktu untuk editing video karena kegiatan mengajarnya sebagai seorang dosen. Yang terakhir, Buni tidak punya kepentingan untuk mengedit video tersebut.
Setelah banyak opini yang menggiring Buni sebagai penebar kebencian. Buni sering di-bully di jejaring sosial. Bukan hanya sanksi sosial dari jejaring sosial di internet, keseharian Buni pun menjadi lebih tidak tenang.
Buni mengaku tidak membaca berita beberapa hari terakhir karena terus diserang oleh pemberitaan yang menyudutkan dia.