REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Di tengah meningkatnya serangan terhadap masjid dan komunitas Muslim, warga negara Kanada menandatangani petisi online yang mengutuk Islamofobia. Gerakan ini dilakukan karena tindakan diksrimanasi yang dialami komunitas Muslim tidak mendapatkan perhatian media dan pemerintah.
Petisi yang diluncurkan selama empat bulan tersebut telah ditandatangani sebanyak 70 ribu warga Kanada. Dalam petisi tersebut, juga berisi pernyataan yang mengajak Dewan Perwakilan Rakyat (House of Commons) untuk bergabung dalam petisi dan meyetujui bahwa individu ekstremis tidak mewakili agama Islam, dan mengutuk segala bentuk Islamophobia.
Namun, ketika petisi tersebut dibawa ke parlemen, anggota Konservatif Parlemen bersepakat untuk menolak menandatangi petisi tersebut. Direktur Komunikasi Nasional Dewan Muslim Kanada Amira Elghawaby mengatakan, penolakan gerakan diikuti oleh serangkaian aksi Islamofobia, termasuk poster anti-Islam yang dipasang di University of Calgary, dan tindakan vandalisme di masjid .
"Mungkin saja beberapa anggota parlemen belum melihat angka. Menurut Statistik Kanada, kejahatan kebencian terhadap Muslim di Kanada dua kali lipat antara 2012 dan 2014, sementara kejahatan kebencian secara keseluruhan menurun "kata Elghawaby seperti dilansir Islamiclife.com
Menurut Presiden Forum Muslim Kanada, Samer Majzoub, gerakan petisi ini diperkenalkan kembali di parlemen setelah serangkaian serangan terhadap masjid di Montreal. Majzoub berharap bahwa gerakan ini dapat membuka pintu baru di Kanada dalam menghadapi Islamofobia.
Multikulturalisme dan pluralisme dianggap sebagai beberapa nilai yang paling penting di Kanada, yang diakui sebagai salah satu negara yang paling toleran di dunia. Piagam Hak dan Kebebasan Kanada, yang diperkenalkan oleh Pierre Elliott Trudeau, ayah mendiang Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, menjamin hak-hak dasar dan kebebasan bagi semua orang Kanada. marniati