Selasa 08 Nov 2016 10:25 WIB

Cerita Pengalaman Seorang Muslim Memasuki AS di Era Teror

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nur Aini
Muslim Amerika
Muslim Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Muslim di era modern harus menerima kenyataan kalau mereka akan senantiasa dicocok-cocokkan dengan profil yang dikesankan sebagai teroris. Konsekuensi dari kebijakan ini paling banyak terasa di bandara, yang menjadi pintu orang dari seluruh dunia memasuki AS.

Fahim Khondaker, Muslim yang besar di Brisbane, membagikan pengalamannya ditahan di Bandara Internasional Los Angeles, dan merupakan pengalaman umum bagi banyak Muslim. Ia meyakini, petugas keamanan pasti sudah melakukan pekerjaan yang sulit dengan sangat baik, memilih secara acak orang-orang yang akan mendapatkan pemeriksaan tambahan.

"Saya hanya bermaksud memberikan pembaca wawasan dari dampak keamanan, lingkungan sosial dan politik saat ini bagi seseorang seperti saya," kata Fahim seperti dilansir WA Today, Selasa (8/11).

Ia menerima, petugas keamanan memiliki sedikit pilihan profil teroris selain seorang Muslim, laki-laki, penampilan Timur Tengah, seperti penampilannya sendiri. Mendarat di LAX Airport pada pukul 06.00, Fahim yang bepergian sendiri untuk alasan pekerjaan, mendatangi meja bandara dan melalui pemeriksaan biasa, dengan petugas yang cukup ramah.

Tepat di akhir pemeriksaan, ia diminta menunggu sebentar, dan diberitahu ada salah satu rekannya yang ingin berbicara. Tidak lama, seorang petugas bersenjata tiba dan mengantarkan Fahim ke ruang yang lebih aman, dengan dinding logam dan furnitur. Ia pun diminta mengisi formulir dengan rekam sejarah hidup yang baru dijalani baru-baru ini.

Selanjutnya, ia diberikan pertanyaan tentang alasan di sana, dan dari nada suaranya tampaknya ditekankan kepada keaslian paspor Australianya, sebelum mendapat cap dan dibiarkan pergi. Apa yang Fahim sadari adalah petugas itu menulis kode khusus pada formulirnya, yang berarti harus dihentikan lagi di pintu keluar untuk pemeriksaan lain.

Seorang wanita menghampirinya dan mengarahkan untuk turun ke lorong, dan dimulai lagi pertanyaan seperti kenapa kamu di sini, berapa lama memiliki paspor ini, pernahkan kehilangan paspor dan di mana Fahim akan tinggal. Selain itu, ada pertanyaan seperti mengapa tiketnya menuju Vegas padahal ia mengaku akan ke Houston.

Saat itu, yang ia pikirkan cuma mungkin mereka merasa terancam dan memiliki hak hukum menahannya atas dasar kecurigaan semata, tapi Fahim cuma seorang Muslim muda yang bepergian sendiri. Faktanya, tuduhan terorisme belum diterapkan untuk non-Muslim, termasuk di Australia karena hukum anti-terorisme tidak pernah diterapkan untuk non-Muslim.

Ini merupakan kenyataan karena tidak peduli apa yang dilakukan dan dikatakan, dunia seperti ini saat ini tidak akan bisa diubah. Pekan ini, semua menjadi perdebatan jika Donald Trump menang dan melarangnya masuk AS, ia berpikir mungkin itu malah justru lebih baik dibanding dibiarkan masuk dengan perlakuan ekstra seperti teroris. "Setidaknya, saya tidak akan lagi berpura-pura semua baik-baik saja," ujar Fahim.

Fahim Khondaker sendiri merupakan seorang akuntan kontrak dan konsultan manajemen yang bekerja di sebuah perusahaan jasa profesional dan multinasional di Brisbane. Ia juga merupakan anggota Komite Premies Pelaksanaan Kohesi Sosial Queensland, dan banyak menuangkan tulisan di akun Twitter @Fahim_Khondaker.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement