REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) akan membuat petisi buku murah pada Rabu (9/11). Petisi tersebut dibuat karena IPM menilai anak-anak Indonesia yang tinggal di daerah masih kesulitan mendapatan buku. Sehingga, minat baca masyarakat Indonesia menjadi sangat rendah.
"Akses buku yang susah dan harga buku yang mahal itu yang mendorong IPM untuk membuat petisi buku murah," kata Ketua Umum PP IPM, Khoirul Huda kepada Republika, Selasa (8/11).
Khoirul mengatakan, petisi buku murah dibuat sebagai imbauan dan seruan untuk negara. Jadi, negara harus serius membangun kemampuan literasi anak-anak dan remaja. Salah satunya membuat buku yang murah supaya mereka melek literasi.
Menurut dia, berdasarkan hasil survei BPS, hanya satu orang dari seribu orang Indonesia yang suka membaca. Hasil survei tersebut sangat memprihatinkan. Sehingga, IPM ingin membuat petisi buku murah untuk meningkatkan minat baca anak-anak dan remaja.
Petisi nanti ditujukan kepada Menteri Pendidikan dan Presiden Republik Indonesia. Supaya, ke depannya, ada kebijakan yang pro terhadap literasi. Dikatakan Khoirul, banyak faktor yang membuat minat baca rendah di Indonesia. Salah satunya karena buku susah didapat. "Saya merasakan sendiri bagaimana sulitnya mendapatkan buku khususnya di daerah," ujarnya.
Dijelaskan dia, kalau di Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan kota-kota besar lainnya akses buku memang sudah bagus. DI kota-kota besar perpustakaan banyak yang bagus dan modern. Tapi, anak-anak dan remaja di daerah sangat sulit mendapatkan buku.
Menurutnya, persoalannya memang ada pada distribusi buku, pajak dan produksi. IPM melalui petisi buku murah akan mendorong negara supaya benar-benar menyiapkan buku sebagai konsumsi untuk publik. Bila perlu kartu Indonesia Pintar menjadi subsidi buku bagi anak-anak dan remaja agar mereka mendapatkan buku yang berkualitas.