Rabu 09 Nov 2016 06:40 WIB

Pemilu AS Disebut Berpotensi Perbaiki Hubungan AS-Rusia

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Calon presiden AS Donald Trump dan Hillary Clinton berjabat tangan usai debat capres kedua di Washington University, St Louis, Ahad, 9 Oktober 2016.
Foto: AP Photo/Patrick Semansky
Calon presiden AS Donald Trump dan Hillary Clinton berjabat tangan usai debat capres kedua di Washington University, St Louis, Ahad, 9 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia akan memantau pemilu yang digelar di Amerika Serikat (AS) pada 8 November waktu setempat. Negara itu mengatakan ada kemungkinan hasil dari pemilihan membawa pengaruh besar terhadap hubungan dengan Negeri Paman Sam tersebut.

Juru bicara dari Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov mengatakan negara bersedia untuk memperbaiki hubungan dengan AS setelah salah satu kandidat presiden terpilih. Siapapun pemenang dalam pemilu, baik Hillary Clinton dari Partai Demokrat, maupun Donald Trump dari Partai Republik diharapkan juga memiliki keinginan yang sama.

"Kami tidak memiliki hak maupun niat untuk ikut campur dalam proses pemilihan AS karena sudah ada banyak masalah, bahkan tanpa campur tangan kami sekalipun," ujar Peskov, dilansir The Independent, Selasa (8/11).

Saat ditanya apakah Putin akan memberi ucapan selamat kepada presiden terpilih ASS, Peskov mengatakan ada kemungkinan seperti itu. Namun, biasanya ucapan disampaikan melalui telegram di tahun-tahun sebelumnya.

"Tetapi, saya tidak tahu apakah tahun ini ucapan selamat akan diucapkan Presiden Putin melalui telegram atau lainnya," kata Peskov menambahkan.

Sementara itu, ia menjelaskan Rusia tidak pernah melakukan kampanye untuk mendukung salah satu kandidat presiden AS. Hal itu dikatakan oleh peskov menyusul tuduhan bahwa Moskow berupaya mengacaukan pemilu saat proses jelang dan saat pemungutan suara berlangsung.

Hubungan antara AS dan Rusia berada di tengah titik terendah dalam satu dekade terakhir. Salah satu penyebabnya adalah Moskow dan Washington berada dalam sisi berlawanan dalam konflik Suriah.

Rusia mendukung Pemerintah Suriah yang dipimpin Bashar Al Assad. Sementara, AS memberi bantuan kepada oposisi di negara itu yang ingin menggulingkan rezim Assad selama lebih dari lima tahun terakhir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement