Rabu 09 Nov 2016 16:34 WIB

Agenda IBF Tetap Sarat Ilmu tanpa Kontroversi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Damanhuri Zuhri
Islamic Book Fair
Foto: Republika/Prayogi
Islamic Book Fair

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggara Islami Book Fair (IBF) ke-16 meminta 50 slot acara yang nanti diisi peserta tetap sarat ilmu tanpa mengundang kontroversi. Penanggung jawab sub bidang acara reguler, pembukaan, dan penutupan IBF, Guntur Ramadhan menuturkan, pada IBF ke-15 pada 2016 lalu, lalu 130 slot acara.

Pada IBF ke-16 yang akan digelar pada 3-7 Mei 2017 di JCC akan ada dua panggung dengan 50 slot acara. Panggung utama akan digelar di Hall B dan panggung anak di area depan. Panggung anak ini diperuntukan aneka lomba anak dan bincang seputar keluarga.

Dengan slot 50 acara, kata Guntur, panitia akan memprioritaskan acara yang sesuai tema dan berpotensi mendatangkan massa besar. Dengan durasi maksimal 90 menit, panitia akan memilihkan jadwalnya.

''Mohon acara yang digelar oleh peserta bukan acara yang mengundang kontroversi,'' kata Guntur dalam Peluncuran IBF ke 16 bagi para penerbit di Taman Ismail Marzuki, Rabu (9/11).

Konsep acara IBF ke 16 tetap berisi nilai dakwah, edukasi, insiprasi, dan hiburan. Semua nilai yang diusung akan disebar ke beragam jenis acara seperti peluncuran buku, jumpa tokoh, Islamic Book Award, pageralan musik Islam, lomba anak-anak, bicang-bincang dan seminar, jumpa penulis, tabligh akbar, kompetisi nasyid, jumpa komunitas seperti komunitas pengajian kantor, dan acara-acara lainnya.

Islamic Book Award ke-12 pada gelaran IBF mendatang akan diberikan antara lain kepada penulis, penerbit, tokoh perbukuan Islam, dan beberapa katergori lain. Bagi pemenang, penghargaan ini bisa jadi alat promosi dan panitia akan ikut membantu semua nominasi dan pemenang dalam aneka publikasi.

Penasihat Hukum IKAPI DKI Jakarta Achmad Michdan meminta tim acara IBF membuat catatan yang penting untuk diperhatikan agar acara berjalan tertib dan tidak jadi persoalan. Misalnya penerbitan dan peluncuran buku yang disertai diskusi.

Buku yang diluncurkan adalah buku yang tidak mendeskreditkan satu pihak. ''Ini penting agar pengetahun masyarakat berkembang dan tidak justru menimbulkan prokontra,'' kata Michdan.

Ia juga memahami, para penerbit buku Islam punya niat baik, tapi tetap harus menaati aturan. Karena buku Islam banyak yang merupakan hasil terbitan luar negeri, ia meminta para penerbit untuk memenuhi prosedur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement