REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pakar politik internasional Dewi Fortuna Anwar menilai kemenangan kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump mengejutkan dunia. Hal ini di luar perkiraan dengan mayoritas poling jajak pendapat dan diskusi analis tidak menjagokannya.
"Ini di luar perkiraan banyak pihak, karena Trump yang notabene 'orang luar' politik, dengan komentar yang aneh, sulit dibayangkan bisa memimpin Gedung Putih," kata salah satu peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu saat dihubungi, di Jakarta, Rabu (9/11).
Bahkan, menjelang hari H pemilu AS, banyak proyeksi jajak pendapat yang menunjukkan kemenangan bagi Hillary Clinton. Proyeksi tersebut antara lain dikeluarkan oleh New York Times yang memprediksi kemenangan bagi Hillary sebesar 92 persen, FiveThirtyEight 87 persen, dan PredictWise 90 persen.
Dewi yang saat ini menjabat Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI tersebut, menilai hal ini sudah membuat waswas dan menjadi persoalan yang mengagetkan komunitas global. Hal ini karena, Trump dikenal memiliki komentar kontroversial saat kampanye-nya dengan janji mendeportasi imigran, membangun tembok perbatasan antara AS dan Meksiko, mencegah kaum Muslim masuk wilayah AS, dan "meninggalkan sekutu-sekutunya". "Kita semua tidak tahu apa dia akan melaksanakan berbagai kebijakan sesuai janji kampanyenya, saya kira semua pihak akan menunggu bagaimana perkembangannya," kata Dewi yang sempat menjadi anggota Kongres Amerika Serikat (1990-1991).
Trump, kata Dewi, diharapkan mengedepankan rasionalitas dan tidak secara konsisten menjalankan janji kampanyenya dalam memimpin negara adi daya tersebut selama empat tahun mendatang. "Karena jika dilaksanakan, ini akan memiliki dampak secara global di mana seorang dengan image tidak miliki kepedulian kerja sama internasional, tidak menghargai sekutunya dan melecehkan negara-negara lain menjadi pemimpin strategis yang kuat di dunia," kata Dewi juga tercatat sebagai anggota Dewan Penasehat PBB mengenai pelucutan senjata itu.
Pengusaha asal New York, Donald Trump, berhasil mengalahkan rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton dalam pemilihan umum presiden Amerika Serikat, Selasa (8/11) waktu setempat, dengan meraih setidaknya 276 suara elektoral. Meski beberapa negara bagian belum selesai melakukan perhitungan, Clinton dipastikan tidak akan mampu mengejar ketertinggalannya.
Trump berhasil memenangi suara di sejumlah negara bagian dengan kecenderungan mengambang, bukan merupakan wilayah tradisional Partai Republik maupun Partai Demokrat dan selalu menjadi kunci dalam pemenangan kursi presiden, seperti Ohio dan Florida. Trump bahkan secara mengejutkan juga merebut sejumlah negara bagian yang diperkirakan, oleh jajak pendapat dari Washington Post, akan dimenangi dengan aman oleh Clinton seperti Pennsylvania, Wisconsin, dan Iowa. Sementara itu dalam pemilu dewan perwakilan, Partai Republik berhasil mempertahankan dominasi dengan merebut setidaknya 224 dari 435 kursi. Perolehan ini sekaligus menyanggah sejumlah prediksi bahwa mereka akan banyak kehilangan suara.