REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Festival Film Sains 2016 siap digelar di 26 kota di Indonesia. Festival yang memutar 13 film dari 13 negara ini bertujuan menumbuhkan minat pada sains sejak usia dini pada pelajar.
Direktur Utama Bosch di Indonesia Ralf von Baer menjelaskan, inovasi di bidang teknologi harus menyentuh masyarakat luas. Ia percaya, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat. "Tema ini mengajak masyarakat khususnya anak muda untuk memhami bagaimana materi-materi dapat digunakan," kata Baer di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Jakarta, Rabu (9/11).
Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Ferry F Karwur menuturkan, sains dan ilmu pengetahuan merupakan pintu gerbang bagi kemajuan hidup masyarakat. "Kehadiran Festival Film Sains diharapkan menjadi momen berharga bagi masyarakat, khususnya di Malinau, untuk mengenal sains yang menarik," ujar Ferry.
Ia berharap, Festival Film Sains dapat menstimulasi guru dan pemerintah daerah dalam menanamkan budaya ilmiah sejak dini. Selain itu, menurutnya, pemerintah harus mulai memberi perhatian serius terhadap kesadaran ilmiah pada masyakarat Indonesia.
Festival Film Sains merupakan program yang diinisiasi oleh Goethe Institute Thailand sejak 2005. Festival Film Sains menggabungkan unsur pendidikan dan hiburan.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan memupuk minat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya anak-anak. Pemutaran kumpulan film ini akan digelar di 26 kota di Indonesia, yakni, Aceh, Ambon, Bali, Bandung, Banyuwangi, Batam, Bogor, Jakarta, Jayapura, Kupang, Magelang, Malang, Malinau, Medan, Salatiga, Samarinda, Sidoarjo, Soe, Solo, Surabaya, Tangerang, Tapanuli Tengah, Tasikmalaya, Toba Samosir, Waikabubak dan Yogyakarta.
Pemutaran Festival Film Sains dimulai pada 9-25 November 2016. Kantor Kemdikbud menjadi lokasi perdana tur antarkota Festival Film Sains. Sementara itu, pelajar kelas VIII dari SMP Bakti Idhata Muhammad Altaf mengaku selama ini kurang menyukai sains. "Karena hitung-hitungan, nggak suka," kata Altaf.
Ia mengatakan, selama ini metode belajar sains tidak membuatnya tertarik mempelajari ilmu alam. Ia lebih suka belajar dengan berinteraksi dengan teknologi. Setelah menonton film, Altaf mengungkapkan kekagumannya pada dunia sains. Namun, film tersebut belum menumbuhkan ketertarikannya pada ilmu alam. "Filmnya seru. Belum tahu mau bikin apa, mungkin besok kalau sudah gedhe," lanjutnya.